Selasa, 01 Februari 2011

Khalifah Usman Ibn Affan (24 H - 36 H / 644 M - 656 M)

Usman Ibn Affan selama menjabat sebagai khalifah telah berhasil
menundukkan negeri Afganistan, Turkhistan dan Khurasan menjadi
bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Serbuan pasukan Romawi
dapat dipatahkannya sekaligus menundukkan Armenia, Azarbayjan dan
Asia Kecil. Pada masa Usman terjadi kemenangan yang pertama oleh
armada laut atas kepulauan Cyprus. Pelabuhan dan kota Alexandria
dapat direbut kembali dari pendudukan Romawi, hingga akhirnya
kekuatan kaisar Romawi benar-benar tidak berdaya. Ketika menjabat
khalifah, Usman tidak menerima tunjangan dari baitul mal.
Sebaliknya ia menghabiskan harta kekayaannya sendiri demi
kesejahteraan umum. Hingga pada akhir hayatnya harta yang semula
melimpah, habis tidak tersisa kecuali dua ekor unta. Menurut
al-Tabari, Usman tidak mengadakan perubahan sistem pemerintahan
yang telah diberlakukan oleh pendahulunya, Umar Ibn Khattab.
Usman tetap mempertahankan kelembagaan majelis syura untuk
memusyawarahkan setiap urusan penting. Seluruh departemen yang ada
tetap berlaku sebagaimana berlaku pada masa Umar Ibn Khattab.

***

Khalifah Usman mengembangkan departemen pendapatan negara
dengan membangun sejumlah masjid, jalan, jembatan dan rumah
tamu yang dibangun di berbagai wilayah Islam. Untuk melindungi
Madinah dari ancaman banjir, dibangunlah bendungan, masjid
Nabawi diperluas dan dibentuk sistem pengaturan suplai air
minum di negeri Madinah. Usman Ibn Affan adalah figur pribadi
yang saleh, penuh dedikasi dan bermurah hati. Jujur merupakan
sifat Usman yang paling menonjol. Usman juga berjasa menyeragamkan
naskah al-Qur'an. Kecintaannya terhadap sesama muslim membuatnya
rela menjadi korban daripada harus berperang melawan sesama muslim.

***

Pemberontakan yang terjadi pada masa khalifah Usman Ibn Affan yang
mengakibatkan terbunuhnya khalifah dapat diteliti dari beberapa segi.
Pertama, di tengah-tengah masyarakat terdapat kelompok yang memeluk
Islam tidak dengan sepenuh kesadaran melainkan demi kepentingan-
kepentingan tertentu seperti Abdullah Ibn Saba', orang Yaman yang
semula beragama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap
Khalifah Usman Ibn Affan. Mereka sebagian besar terdiri dari bangsa-
bangsa lain yang semula penentang Islam dan terpaksa memeluk Islam
setelah kalah dalam pertempuran. Mereka ini sebenarnya masih
menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap Islam.
Kedua, bahwa persaingan antara keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah
turut memperlemah kekuatan khalifah Usman Ibn Affan. Sebelum Nabi
Muhammad saw lahir telah berlangsung persaingan antara kedua keturunan
yang masih bersaudara ini. Pada masa pemerintahan khalifah Usman benih
persaingan mereka muncul kembali. Tatkala keluarga Usman berhasil
mendirikan sebuah dinasti, keluarga Hasyim muncul sebagai penentang
dan selalu tidak menolerirnya, demikian pula sebaliknya.
Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan khalifah Usman turut mendorong
kegagalan kepemimpinan khalifah Usman. Bahwa Usman adalah pribadi
yang sederhana, saleh dan berhati lembut. Pada kondisi menghadapi
gerakan pemberontak tersebut diperlukan ketegasan sikap untuk menegakkan
stabilitas pemerintahan. Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman.

***

Khalifah Usman Ibn Affan merupakan figur yang terlalu baik dan tidak
mudah menerima laporan-laporan bahwa pihak pemberontak telah menghasut
dan merusak stabilitas pemerintahannya. Mereka melancarkan kritik kepada
para gubernur yang tidak cakap mengaitkan secara langsung sebagai ketidak
cakapan khalifah dalam menjalankan pemerintahan. Para pemberontak ini
mempunyai tujuan dan pandangan yang berbeda. Sekalipun demikian, mereka
sepakat dalam satu hal, yakni menurunkan khalifah Usman dari jabatan
khalifah dan menumbangkan nepotisme bani Umayyah. Gerombolan penghasut
setelah menyampaikan gugatan di depan khalifah Usman, dikatakan bahwa
khalifah Usman menerima dan akan mempertimbangkan gugatan mereka
tersebut. Akan tetapi Marwan, pegawai penasihat khalifah bertindak
ceroboh dengan menulis surat kepada para gubernur agar membunuh semua
yang terlibat dalam pemberontakan tersebut sekembalinya mereka ke
daerah masing-masing. Surat tersebut ternyata jatuh ke tangan para
pemberontak. Walaupun khalifah Usman telah bersumpah tidak mengetahui
perihal surat tersebut, mereka tetap tidak mempercayai pengakuan
sumpah khalifah Usman dan akhirnya mereka tetap bersikeras dengan
tuntutan mereka. Mereka menuntut agar khalifah Usman turun dari
jabatannya sebagai khalifah dan mengancam akan membunuh khalifah.

***

Atas tuntutan dan ancaman tersebut, Khalifah Usman menjawabnya,
"Aku sama sekali tidak takut mati dan bagiku kematian adalah
sesuatu yang paling ringan, tetapi ketahuilah bahwa sesungguhnya
aku tidak hendak bermusuhan dengan kalian semua. Kalau saja aku
menghendakinya, niscaya hal itu mudah saja bagiku karena ribuan
pasukanku tentu segera akan membelaku. Namun sungguh aku tidak
sampai hati menyaksikan aliran tumpahan darah sesama saudara
muslim." Para pemberontak tersebut kemudian mengepung rumah
khalifah Usman dan ketika ia sedang membaca al-Qur'an di tengah-
tengah keluarganya, ia tertikam dan terbunuh. Selanjutnya masyarakat
muslim terpecah menjadi dua golongan, Umawiyyah dan Hasyimiyyah.
Golongan Umayyah yang dipimpin oleh gubernur Syria yaitu Muawiyyah.
Mereka menuntut balas atas kematian Usman sepanjang masa
pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib. Dengan dilantiknya Ali
sebagai khalifah menggantikan Usman maka pemerintahan di Madinah
eksis kembali, namun bersamaan dengan itu, muncul otoritas baru
di Damascus, Syria sebagai pemerintahan tandingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe via email