Jumat, 25 Februari 2011

MENDO'AKAN ANAK CIRI PENDIDIK IDEAL

Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka(jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku. [Al Baqarah : 186]

Allah Azza wa Jalla berfirman.

أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السَّوءَ

Atau siapakah yang memperkenankan (Do’a) orang yang dalam kesulitan apa bila ia berdo’a kepadaNya dan yang menghilangkan kesusahan. [An Naml : 62]

Dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

Berdoa itu adalah Ibadah. [1]

Wahai para pendidik, doa sangat memberi manfaat kepada anak dan menambah keteguhan dan kesolehan mereka serta orang akan selalu mendapat hidayah dan petunjuk kepada jalan yang lurus.

Oleh sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendorong kita agar selalu berdoa untuk kebaikan anak, sebab doa akan menambah keberkahan dan kebaikan pada anak. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kepada kita mendoakan buruk atas anak sebagaimana Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمِ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أمِوَالِكُمْ, وَلاَ تُوَافِقُوْا مِنَ الله سَاعَةً إلاَّ يَسْألُ فِيْهَا عَطاَءً فَيَسْتَجِيْبُ لَكُمْ.

Janganlah kalian berdoa buruk atas dirimu, jangan berdoa buruk atas anakmu, dan jangan berdoa buruk atas hartamu sebab bila kalian tepat pada saat yang dikabulkan Allah ketika kamu meminta suatu permintaan maka Allah akan mengabulkannya.

Seorang laki-laki datang kepada Abdullah Ibnu Mubarak yang mengeluhkan tentang kenakalan anaknya, maka Beliau bertanya kepadanya,” Apakah kamu pernah berdoa buruk atasnya? ia menjawab,”Ya”. Ibnu Mubarak berkata,” Kamulah yang merusaknya”.

Wahai para pendidik, daripada anda merusak anak maka lebih baik anda menjadi sebab baiknya anak dan datangnya keberkahan dalam hidup mereka lewat cara berdoa baik untuk mereka seperti yang dilakukan oleh pendidik utama, Muhammad dan para rasul serta para nabi.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah merangkulku ke dadanya lalu bersabda.

اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الْحِكْمَةَ وَفِي رِوَايَةٍ عَلِّمْهُ الْكِتَابَ

Ya Allah ajarkanlah kepadanya Al hikmah” dalam riwayat lain “Ajarkanlah kepadanya Al Kitab.

Dengan karunia Allah Azza wa Jalla berkat doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu menjadi pemuka ulama dan ahli tafsir Al-Qur’an.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu berdoa untuk kebaikan anak-anak ketika dalam keadaan bepergian, sebab dia pada saat itu sangat dikabulkan. Beliau berdoa.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبَ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةَ فِي اْلأَهْلِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلِبِ فِي الْمَالِ وَالأهْلِ وَالْوَلَدِ.

Ya Allah Engkau adalah teman dalam perjalanan, pengganti di keluarga. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gangguan perjalanan, kegelisahan penungguan dan buruknya kembali pada harta, keluarga dan anak.

Kaum Ibu pernah datang kepada Rasulullah agar Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa untuk anak-anak mereka.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Ummu Sulaim berkata,” Wahai Rasulullah, Anas menjadi pembantumu maka berdoalah kepada Allah untuk kebaikannya”. Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa.

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَولَدَهُ وَبَارَكَ فِيْمَا أَعْطَيْتَهُ

Ya Allah berikanlah kepada Anas harta dan anak yang banyak dan berkahilah apa-apa yang engkau berikan kepadanya.

Dalam riwayat Bukhari bahwa Anas Radhiyallahu 'anhu berkata,” Ummu Sulaim membawaku kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan menutupi badanku dengan setengah tudungnya dan setengah selendangnya. Maka ia berkata,” Wahai Rasulullah, anak ini bernama Unais aku membawanya kepadamu untuk menjadi pembantumu, maka berdoalah kepada Allah untuk kebaikannya”. Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa.

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَولَدَهُ

Ya Allah berikanlah kepada Anas harta dan anak yang banyak.

Anas Radhiyallahu 'anhu berkata,” Demi Allah hartaku banyak dan sungguh anak dan cucuku sampai seratus orang sejak hari ini”.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Khildah berkata bahwa Abu Aliyah pernah mendengar Anas Radhiyallahu 'anhu berkata, “Aku membantu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selama sepuluh tahun dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa kepadaku untuk kebaikan maka aku punya kebun buah-buahan yang bisa panen setahun dua kali sementara dalam kebun juga ada pohon raihan untuk bahan minyak kasturi”.

Berdoa merupakan perihal yang menjadi ciri utama pendidik yang berhasil yang pasti bisa dipetik buah dan hasilnya sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. [Ghafir : 60]

Dalam memenuhi panggilan Allah tersebut, para nabi dan rasul selalu berdoa untuk kebaikan anak cucu mereka.

Bukanlah kemiskinan yang menjdikan mereka cemas dan risau. Sebab tidak ada kerisauan dan kemalangan yang lebih besar daripada orang yang melepas keimanan demi mengejar dunia yang fana. Melepas iman apapun sebabnya merupakan sebab kecelakaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu para nabi selalu mewanti-wanti kepada keturunan mereka agar senantiasa menjaga benteng iman yang merupakan sebab keberhasilan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman ketika menceritakan doa Nabi Ibrahim untuk keturunannya.

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau. [Al Baqarah : 128]

Lalu firmanNya dalam surat lain, mengisahkan doa Nabi Ibrahim yang lain.

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ

Ya tuhanku,jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman dan jauhkanlahaku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. [Ibrahim : 35]

Juga firman Allah.

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. [Ibrahim : 40]

Begitu juga Zakaria berdoa sebagaimana firman Allah.

قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَآءِ

Berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a. [Ali Imran : 38]

Allah Ta'ala juga berfirman mengisahkan sifat-sifat ‘Ibadurrahman adalah berdoa untuk kebaikan istri dan keturunannya.

Firman Allah,

قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَى وَالِدَيذَ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. [Al Ahqaf : 15]

Firman Allah

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami , anugerhakanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami) dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Al Furqan : 74]

Wahai para pendidik, berdoalah kepada Allah untuk anak-anakmu terus menerus dan tumbuhkan perasaan bahwa tiada daya dan kekuatan kecuali datang dari Allah karena seluruh taufik hanya datang dari Allah sementara manusia hanya sekedar usaha dan ikhtiar. Marilah kita berdoa dengan penuh khusyu’ dan perasaan tunduk semoga Allah menutup kekurangan, memberi belas kasih kepada yang lemah di antara kita, dan memelihara anak cucu kita. Hendaklah kita membiasakan pola makan, pola minum dan dalam berpakaian yang bersih dan halal. Begitu juga hendaklah berdoa dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan mengembalikan kedzaliman kepada pemiliknya serta memilih waktu yang mustajab terutama pada saat sujud berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

أقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأكْثِرُوْا مِنَ الدُّعَاءِ

Saat yang paling dekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sedang sujud maka perbanyaklah berdoa. [2]

Dari Abu Umamah berkata, ” Pernah Rasulullah ditanya: Kapan doa sangat dikabulkan? Beliau bersabda, ”Pada waktu pertengahan malam dan setiap selesai shalat wajib”.

Wahai saudaraku, jangan lupa perdoa terutama ketika dalam keadaan bepergian berdasarkan hadits dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ, دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالَدِ عَلَي وَلَدِهِ.

Ada tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian dan doa orang tua atas anaknya.

Begitu juga berdoa pada siang hari dan malam hari dari bulan ramadhan serta berdoa pada saat haji dan umrah. Maka berdoalah kepada Allah pada saat itu sementara dalam keadaan sangat yakin bahwa doa anda dikabulkan sehingga Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkata,”Yang menjadi perhatianku bukan terkabulnya doa akan tetapi perhatian utamaku adalah ilham untuk bisa berdoa sebab orang kalau sudah bisa berdoa maka pengkabulan doa akan bisa diraih”.

Sumber : kitab bertajuk “Kaifa Turabbi Waladan Salihan” karya Al Akh Al Maghriby bin As Sayyid Mahmud Al Maghriby semoga Allah menjaganya, Ummu Rasyidah

Senin, 21 Februari 2011

Belajar Dari Sebuah Pohon

Ada sebuah pertanyaan setiap kali membaca surat Al Baqarah ayat 30-39. Sebuah episode awal sejarah kehidupan yang penggalannya menjadi kisah hingga akhir zaman. Tidak ada salahnya hening sejenak. Meninggalkan rutinitas kehidupan yang tak pernah berhenti. Sebentar kembali pada ‘zero mind’ untuk bersama mengingat, apa sebenarnya yang terjadi, dan untuk apa keberadaan kita hadir di dunia ini.

Allah SWT memberitakan kisah yang pernah terjadi jauh sebelum kehidupan ini ada, sabdaNya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." (QS 2: 34-36)
Pertanyaannya adalah mengapa peristiwa ini begitu penting di sisi Allah SWT. Sehingga, menjadi penyebab awal adanya peristiwa dahsyat yang melahirkan perubahan di alam semesta. Rangkaian kisah dengan klimaks di satu ayat (QS 2:36) yang membawa perubahan besar pada terjadinya alam semesta dan bumi yang menghampar dengan segala strukur alam raya yang terbentang luas dan tak terjangkau akal manusia. Dan, perilaku Adam dan Hawa di sisi Allah SWT yang menyebabkan-Nya mengeluarkan Adam dan Hawa untuk tinggal di bumi yang kecil dibandingkan alam semesta yang begitu luasnya.
Allah SWT berfirman : "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS 2: 35)

Allah SWT memerintah Adam untuk mendiami surga dengan segala fasilitas dan kenikmatan yang diberikan kepada Adam setelah ia menjalani beberapa tahapan kehidupan yang baru saja dijalaninya yaitu, pertama setelah ia berhasil mempresentasikan ilmu pengetahuan yang Allah berikan dengan memberitahu nama-nama benda kepada para malaikat juga iblis. Dan kedua setelah jelas posisi iblis pada akhir perdebatan iblis dan pernyataan sikap penolakannya kepada Allah SWT yang membuatnya menjadi reposisi menjadi makhluk yang dilaknat.

Jadi Allah SWT mempersilahkan Adam untuk bersenang-senang bersama Hawa, untuk menikmati makanan yang begitu bervariasi macam dan banyak. Di mana saja tempat yang Adam sukai tanpa dibatasi jumlah kenikmatan dan seberapa banyak fasilitas yang bisa dinikmati kecuali satu hal, yaitu janganlah kamu dekati pohon ini.

Dari beberapa tafsir dijelaskan bahwa kata jannat berarti suatu tempat yang dipenuhi pohon, taman - taman yang indah. Jannat dan juga limpahan kebutuhan didalamnya termasuk izin keleluasaan yang Allah berikan kepada Adam adalah simbol kenikmatan dan fasilitas kebebasan juga kewenangan untuk melakukan segala keleluasaan surga yang begitu luasnya kecuali satu hal yaitu sebuah pohon, hal yang teramat kecil bila dibandingkan dengan kenikmatan yang Adam peroleh.

Lalu marilah kita sama-sama menilik kisah ini dalam - dalam, mampukah bekalan-bekalan ilmu pengetahuan yang sebelumnya Adam peroleh di ayat sebelumnya, termasuk bertatap langsung dengan keagungan Allah SWT yang menciptakannya dan juga terusirnya iblis atas pembangkangannya menjadikannya sebagai sebuah pelajaran mampu mencegahnya dari ingkar kepada Rabnya?

Ternyata, ilmu yang Adam miliki, kehormatan karena kemuliaan yang diberi, keistimewaan bertemu dengan sang Khalik langsung dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa murkanya Allah SWT kepada iblis yang membangkang perintahNya, itu semua tidak cukup menahan Adam untuk tidak mendekati pohon tersebut. Maka peristiwa itulah yang menyebabkan perubahan alam dan kita semua ada saat ini. Betapa mahal harga yang ditebus untuk mendidik kita menjadi hamba mulia dan mampu kembali ke tempat asal di surga sana. Maka maukah kita menjadikan ini sebagai pelajaran berharga?
Kalau mendekati sebuah pohon saja mengakibatkan perubahan alam yang luar biasa, menjadikanNya mencipta tempat singgah (bumi) bagi Adam yang terusir, padahal perintah Allah SWT sangat sederhana, bahkan tidak merusak tatanan lingkungan disana. Lalu, pertanyaannya adalah dimana tempat yang cocok buat kita? Bagaimanakah dengan ahli ilmu yang melakukan kedustaan? Bagaimanakah dengan pencuri dan koruptor yang membunuh masyarakat dengan perlahan, bagaimanakah kaum munafiqin yang berlaku nista dengan selendang ketaqwaan? Bagaimanakah tempat yang cocok untuk orang yang bersiul-siul tenang, menutup mata, hati dan fikiran? Wahai, dimanakah tempat bagi orang yang tak mampu lagi membedakan dzulumat wa nur….

Ketahuilah, bukanlah soal pohonnya yang membuat perubahan reposisi Adam, lihatlah lebih dalam jernihkan hati. Bukanlah halal haram, bukanlah masalah objek dan materi kebendaan, tapi bagaimana setiap kita menghargai eksistensi Allah SWT diatas segala hasrat, keinginan, dan ambisi. Adakah makna Laa ilaahaillallah benar-benar menghujam kuat dalam perilaku, bagaimanakah tubuh - tubuh ini bisa bersikap santun dan begitu percaya dan menghargai eksistensiNya, trust filaah.

Konon ada begitu banyak pohon di dunia yang menggoda, tiga diantaranya begitu tersohor muatannya yaitu pohon harta, pohon tahta dan pohon wanita. Memang banyak yang mendekati pohon itu karena belum diberitakan ilmunya, namun banyak juga yang teramat kuat dorongannya bahkan badannya masih jauh tapi tangannya sudah menggapai - gapai, angan - angannya lebih panjang lagi, lidahnya menjulur - julur pula. Sebagian diantaranya sudah cukup bekalan ilmunya.
Ambisi untuk hidup abadi dalam kesenangan sebagaimana hembusan rayuan iblis pada Adam untuk mendekati pohon agar mendapat kenikmatan abadi.
Iblis bermuslihat dalam argumentasi yang seolah fakta bahwa kenikmatan yang Adam nikmati tidak kekal itulah yang menyebabkan Allah SWT melarang mendekati pohon tersebut, dan terbukti hembusan iblis berhasil menipu daya Adam, itulah saat di mana terbukti dan tersingkap kebenaran Allah SWT dan kedustaan iblis.

Kemuliaan Allah SWT dan keterpurukan akibat tipu daya iblis. Iblis juga menjadikan manusia memandang baik perbuatan buruk, menghiasinya dengan kecintaan-kecintaan secara perlahan dengan memandang halal perbuatan haram. Kecemasan kalau kenikmatan dan fasilitas tidak kekal, atau mempertahankan kondisi nyaman yang ingin dipertahankan terus menerus tak ingin bila segera usai.

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka (QS 15:39-40)
Di zaman globalisasi seperti ini dimana sistem informasi begitu cepat dan pesat, rasanya sulit mencari orang yang tidak tahu tentang kebatilan. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah siapa hari gini yang tidak tahu bahwa berdusta adalah perbuatan dosa? Siapa yang tidak tahu bahwa korupsi adalah nista? Siapa yang tidak tahu berbuat maksiat adalah perbuatan amoral? Mungkin yang paling mudah adalah siapa yang tidak tahu bahwa mengerjakan shalat, hingga berpakaian menutup aurat adalah wajib hukumnya dalam Islam? Kita semua tahu, tapi mengapakah keinginan dan dorongan pendustaan itu lebih kental dan kuat.

Ada sebuah nasihat yang selalu diingat hingga saat ini, nasihatnya adalah : “ ketahuilah bahwa hati yang bersih akan melahirkan kebenaran, sebaliknya hati yang kotor hanya akan melahirkan pembenaran-pembenaran dan alasan-alasan yang kuat”. Jadi ketika seseorang banyak berargumen melakukan pembenaran dan begitu banyak alasan disaat tangannya nyata-nyata berlumpur, itu hanyalah mencerminkan kekotoran jiwa yang sesungguhnya. Ketika seseorang nyata-nyata melakukan perbuatan haram tapi bersikap tenang dengan alibi, dalih dan pembenaran maka itulah cerminan kekotoran jiwa, kekotoran aqidah yang dikemas dengan rapi sehingga mampu meyakinkan banyak orang.
kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS: 6:130)
Mereka adalah orang-orang kafir yang tertutup matanya, hatinya, atau mereka sendiri yang menutup kebenaran sesudah sampai kebenaran pada akalnya.
Allah SWT mengatakan dalam firmanNya : Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).(QS: 17:72)
Maka, hendaknya jihad dilakukan sejak ia masih merupakan bisikan hati. Bukankah setan menjerumuskan manusia dengan membisikkan ke hatinya, sebagaimana iblis menghembuskannya kepada Adam. Selain itu potensi fujur dan taqwa dalam diri manusia tidak terjadi begitu saja. Tapi, melalui proses yang panjang. Kebaikan seseorang pasti dimulai dari niat, dari ide-ide positif yang melahirkan perbuatan yang baik dan bila dilakukan berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik.

Begitupula keburukan seseorang tidak terjadi begitu saja. Tapi, pasti melalui proses yang panjang sedikit demi sedikit sejak masih berupa bisikan, rencana-rencana, gagasan-gagasan, ide-ide yang diwujudkan dalam aktivitas, kegiatan, proyek-proyek dan segala hal yang dilakukan terus menerus. Sehingga, maksiatnya semakin tak bisa dikendalikan. Sebagaimana Allah SWT memberi pahala pada seseorang yang berniat melakukan kebaikan meskipun tidak terlaksana, maka menghalau fikiran buruk dan membatalkan aktivitas yang fasik adalah sebuah jihad hati dan fikiran.

Kalau Nabi Adam menjadi terusir dari kedudukannya yang terhormat ke bumi, manusia mungkin tidak perlu terusir kebumi-bumi lain yang lebih rendah, cukuplah martabat itu menjadi grade bagi kedudukan dan kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah SWT. Kalau diatas dibahas, mampukah segala ilmu yang Adam peroleh mencegahnya dari tipu daya iblis, maka pelajaran dan hikmahnya adalah mampukah ilmu yang kita miliki mencegah kita dari melakukan perbuatan fasik, munafiq dan kekafiran yang diilhami iblis dan antek-anteknya. Begitulah, sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah cerminan dari kedekatan seorang hamba pada Rabnya

Semua informasi tentang kisah yang dialami oleh Adam as dan Hawa merupakan pelajaran yang teramat mahal dan sangat berharga bagi kehidupan dunia yang kenikmatannya hanya bersifat sementara. Semoga kisah ini menjadi inspirasi panjang yang tak pernah bosan untuk dipelajari bagi hamba-hamba yang ikhlas dan rela menahan kesabaran di dunia yang fana ini. Semoga bisa pulang ke kampung akhirat dengan bahagia.

Wallahualam bishawab

Kamis, 17 Februari 2011

Janin pun Tertawa dan Menangis

Dalam surat Al-Najm Allah berfirman tentang diri-Nya sendiri, “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS An-Najm [53]: 43)

Ayat ini berisi indikasi ilmiah yang sangat bagus tentang fakta ditemukan akhir-akhir ini bahwa janin memiliki ekspresi wajah ketika dia berada di dalam rahim ibunya, tanpa diajari untuk melakukannya.

Keajaiban penciptaan manusia terungkap melalui tahap-tahap perkembangan janin yang digambarkan oleh Al-Quran. Ia dimulai dengan pembentukan sel-sel germinal pada orang tuanya. Ketika sperma bertemu dengan ovum, maka keduanya membentuk zigot (nutfah amsyaj) yang kemudian menjadi gumpalan seperti lintah (‘alaqah) kemudian menjadi segumpal daging sekunyahan (mudghah), lalu berubah menjadi tulang yang tertutup dengan daging. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, sel-sel tumbuh menjadi makhluk lain yang dinamis dan bergerak dalam rahim ibunya, dengan ekspresi wajah terlihat jelas. Setelah revolusi teknologi terjadi akhir-akhir ini hingga diciptakan sebuah alat scan embrio, maka kita sekarang dapat melihat embrio tersenyum dan menangis dalam perut ibu sebelum mereka melihat cahaya di bumi.

Ada beberapa model pemindaian medis dan kebidanan pada USG. Standar diagnostik umum kebidanan adalah pemindaian model 2D. Dalam pemindaian janin 3D bukan gelombang suara yang dikirim langsung ke bawah dan dipantulkan kembali, tetapi dikirim pada sudut yang berbeda. Gema yang kembali diproses oleh program komputer yang canggih sehingga menghasilkan volume gambar tiga dimensi dari permukaan janin atau organ internal, cara yang sama yang digunakan alat CT scan untuk membangun sebuah gambar dari beberapa x-ray. 3D ultrasound memungkinkan kita untuk melihat lebar, tinggi dan kedalaman gambar dalam banyak cara yang sama seperti film 3D tapi tidak ada gerakan ditampilkan. Sedangkan model 4D ultrasound menambahan gerakan dengan merangkai 3D ultrasound secara berturut-turut.

3D USG pertama kali dikembangkan oleh Olaf von Ramm dan Stephen Smith di Duke University di tahun 1987.

Teknologi ini digunakan di bidang kegiatan penelitian intensif, terutama scan terhadap anomali janin. Tetapi ada juga masyarakat umum menggunakan, dan terbukti scan ini dapat memperbaiki ikatan janin-ibu. Scan 4D bayi mirip dengan scan 3D, hanya scan 4D menunjukkan gerakan janin seperti dalam bentuk video.

Ekspresi wajah bayi tidak meniru ibunya

Teknik pemindaian termodern telah menghasilkan gambar yang menakjubkan dari dalam rahim yang menunjukkan bahwa bayi rupanya tersenyum dan menangis. Hingga kini, para dokter tidak berpikir bahwa bayi tidak berekspresi sampai setelah kelahiran. Mereka meyakini bahwa bayi belajar untuk tersenyum dengan meniru ibunya. Bayi biasanya tidak tersenyum setelah lahir sampai mereka berusia sekitar enam minggu.


Gambar: Janin tersenyum lebar hingga mirip tertawa

Ilmuwan bukan satu-satunya yang terkejut oleh gambar ini, tetapi orang-orang biasa lebih terkejut. Foto-foto ini benar-benar membangkitkan dalam jiwa manusia rasa kagum yang luas biasa terhadap ciptaan Allah. Gambar-gambar tersebut dapat memicu emosi belas kasih orang tua dan gembira ketika melihat janin tersenyum, dan emosi belas kasih ketika anda melihat janin menangis.

Gambar: Janin menangis

Pada emosi ini, sebuah pertanyaan penting harus diajukan: jika janin masih dalam rahim ibunya dan ia tidak melihat cahaya lagi, tidak melihat ibunya menangis atau tersenyum, lalu siapa yang mengajarkan janin ini menangis dan tersenyum? Pertanyaan ini bahkan dilontarkan oleh para ilmuwan. Profesor Stuart Campbell mengatakan, “Ada apa di balik senyum itu? Tentu saja, saya tidak bisa menjawabnya. Tapi, muncul sudut dan tonjolan pipi ... aku pikir itu pasti ada indikasi kepuasan dalam sebuah lingkungan yang bebas stres. “

Tapi, pertanyaan itu dijawab oleh Al-Qur’an. Allah berfirman, “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS An-Najm [53]: 43) Allah adalah Dzat yang membuat embrio tersenyum dan menangis. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya sejalan dengan Quran, tetapi Al-Qur’an juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan para ilmuwan.

Menangis dan Kehidupan

Ayat ini merupakan indikasi yang kuat kepada semua orang bahwa yang memberikan kita kemampuan untuk tertawa dan menangis adalah Allah (SWT). Tetapi, kalau kita bisa berpersepsi bahwa kemampuan tertawa merupakan nikmat dari Allah kepada kita, lalu bagaimana mungkin kemampuan menangis juga merupakan anugerah dari Tuhan?
Jika kita berpikir tentang satu momen dalam kehidupan kita, kita akan menemukan bahwa karunia terbesar Allah kepada kita menangis. Momen tersebut adalah adalah saat pertama dalam hidup kita, saat di mana kita tiba ke dunia ini. kalau kita tidak menangis pada saat ini, maka hidup kita berakhir.

Tersenyum, lega, selamat dan tepuk tangan tidak mulai ketika seorang anak dilahirkan - mereka mulai saat itu menangis. Tanpa menangis, ruangan menjadi semakin diam dan semakin cemas suasana hati, dan untuk alasan yang baik - menangis adalah tanda yang sangat positif yang baru, hidup sehat. Banyak faktor dan interaksi yang kompleks masuk ke produksi suara yang mengumumkan gembira, sehat melahirkan. [4]

Mengapa bayi harus menangis?

Pertukaran oksigen di paru-paru terjadi pada membran seperti balon kecil yang disebut alveoli. Ia melekat pada cabang-cabang bagian bronkial. Alveoli ini akan mengembang dan mengempis bersamaan dengan bayi menghisap dan membuang napasnya.

Gambar: Sebuah paru-paru pada dasarnya terdiri dari alveolus

Semua orang tahu bahwa meniup sebuah balon untuk pertama kalinya itu sangat sulit. Kenapa? Untuk satu hal, tekanan yang diberikan tidak menciptakan banyak ketegangan di dinding balon kecil untuk memulai proses peregangan yang diperlukan untuk inflasi.

Menurut hukum Laplace, tekanan distensi pada obyek berongga yang diregangkan adalah sama dengan tegangan dalam dinding dibagi oleh 2 jaringan kelengkungan utama dari obyek. Jika untuk mengatasi elastisitas balon besar dan memperluasnya itu dibutuhkan tekanan tertentu, maka untuk memperluas balon yang lebih kecil dibutuhkan lebih banyak tekanan. Semua ini menyulitkan bayi untuk mengambil napas pertama pada paru-paru yang terdiri dari balon-balon kecil! Alveoli paru-paru yang kempes pada janin harus dipompa dalam proses pernapasan. Jadi, cara tradisional dengan memukul bagian bawah bayi yang baru lahir itu bertujuan untuk membuat dirinya mampu menghasilkan napas pertama. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh bayi prematur dapat diatasi dengan memberi cairan surfaktan untuk melapisi alveoli sehingga memberi dindingnya memiliki ketegangan yang tepat.

Itulah karunia yang besar dari Allah (SWT) sehingga kita mampu tertawa dan menangis. “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS An-Najm [53]: 43)

Rabu, 16 Februari 2011

Penyusuan yang Sempurna: Antara Sains dan Alquran

Para ilmuwan menemukan bahwa makanan sempurna untuk bayi adalah air susu ibu, dan bahwa memberi makan tidak akan lengkap tanpa ibu menyusui bayinya selama dua tahun. Itulah yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia di awal abad 20. Sesuatu yang telah dikatakan Al-Qur’an empat belas abad yang lalu.

Para dokter berpikir menyusui bayi hanya hanya memberi dampak psikologis hubungan dengan ibunya dan tidak ada manfaat lebih jauh. Tetapi setelah melakukan riset selama setengah abad, manfaat besar lainnya untuk menyusui mulai muncul, bahkan dewasa ini para ilmuwan menemukan manfaat baru dari susu ibu. Kekebalan tubuh yang disebut imunoglobulin ditemukan pada susu ibu pada awalnya. Ia memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai bakteri dan virus. Bahkan para ilmuwan menemukan bahwa jumlah bakteri dalam usus bayi yang diberi susu sapi adalah sepuluh kali lipat lebih banyak daripada yang ada dalam usus bayi yang diberi susu ibu.
Keuntungan Bagi Anak:

Kekebalan tubuh "imunoglobulin" membantu bayi selama tiga bulan pertama untuk melindungi tubuh dari serangan kuman terus-menerus, bahkan membantunya untuk membentuk dan memperkuat sistem kekebalan sendiri. Apalagi beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan bayi tumbuh lebih cepat ketika ia diberi susu ibu. Susu ibu juga mengandung unsur kekebalan yang disebut "mucins" yang mengandung banyak protein dan karbohidrat. Zat ini mengikuti bakteri dan virus dan sepenuhnya menghilangkan mereka dari tubuh tanpa efek samping, berbeda dengan obat-obatan kimia.

Susu ibu juga memberikan stabilitas psikologis bayi, membantu tidur dan tenang, ia bekerja sebagai analgesik alamiah terbaik bagi bayi. ASI melindungi bayi dari alergi. Bahaya gizi pada susu sapi, misalnya, hal itu meningkatkan kemungkinan serangan kanker delapan kali lipat.
Keuntungan Bagi Ibu

Banyak studi yang dilakukan di tiga puluh negara menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara.
Rahim melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian menunjukkan menyusui bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran normal. Sebaliknya ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari batas normal. Selain itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim.

Penyusuan alami membantu ibu untuk mengurangi berat badannya dan melindungi dirinya dari kegemukan. Bahkan ia juga bekerja sebagai analgesik alami rasa sakit bagi ibu juga. Penyusuan alami juga membantu ibu dan anak untuk tidur nyenyak.
Manfaat Bagi Masyarakat

Penyusuan alami tidak mahal sebaliknya menyusu buatan. Kita mungkin terkejut ketika kita tahu bahwa American Academy for Pediatric menekankan jika Amerika Serikat mengikuti cara menyusu alami itu akan menghemat 3600 juta dolar per tahun.

Penyusuan alami juga berdampak positif pada lingkungan, karena polusi terjadi akibat proses manufaktur, pengeringan susu botol susu sapi, dan sampah yang dihasilkan dari penggunaan susu dan botol.

Periode Ideal Untuk Menyusui
Organisasi Kesehatan Dunia dan Organisasi UNISAF melakukan banyak penelitian pada bayi, dan mendapat hasil dari penelitian ini bahwa periode yang ideal adalah dua tahun. Karena selama dua tahun pertama bayi memiliki kebutuhan mendesak terhadap susu steril seperti susu ibu, sebagai sistem kekebalan agar ia dapat menghadapi setiap kemungkinan penyakit sebelum dua tahun usianya.

Organisasi Kesehatan Dunia menyelenggarakan konferensi berjudul "Makanan Pendamping ASI" pada tahun 2001 dengan kesimpulan sebagai berikut:
Dua tahun pertama dari kehidupan bayi adalah jendela kritis di mana fondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat dibangun. Menyusui bayi merupakan inti perawatan dalam periode ini.

Selain itu, dalam kesimpulan dari konferensi, periode ideal untuk menyusui adalah dua tahun, karena ada kebutuhan mendesak bagi bayi terhadap kekebalan tubuh untuk mengembangkan sistem kekebalan selama periode ini. ia tidak dapat menemukannya selain dalam susu ibu.

Dokter menekankan bahwa semua jenis makanan tidak bisa cukup bagi bayi selama dua tahun pertama usia bayi, karena bayi menghalami banyak faktor yang mengakibatkan banyak penyakit. Sehingga dua tahun pertama merupakan masa kritis dan sensitif untuk bayi di mana kita harus bergantung pada susu ibu untuk menghindari bahaya ini.

Senin, 14 Februari 2011

Peringatan Maulid Nabi SAW. dan Bid'ah

Ada tradisi umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, untuk senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti Peringatan Maulid Nabi SAW, peringatan Isra' Mi'raj, peringatan Muharram, dan lain-lain.

Bagaimana sebenarnya aktifitas-aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru'" [disyariatkan], tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas-aktifitas itu adalah "mengingat kembali hari kelahiran beliau --atau peristiwa-peristiwa penting lainnya-- dalam rangka meresapi nilai-nilai dan hikmah yang terkandung pada kejadian itu". Misalnya, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk "mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW" sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW".

Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi Muhammad [SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita, perlu kita lakukan.

Tentang pendapat Ulama dan Pemerintah Arab Saudi itu, memang benar, sebagaimana yang kami tulis di atas. Tetapi, jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi Muhammad SAW bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut melakukannya' (Muslim dll). Makna 'aktifitas yang baik' --secara sederhananya--adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya.

Masalah Bid'ah:
Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab Bid'ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", bahwa bid'ah terbagi menjadi dua : bid'ah baik dan bid'ah sesat. Bid'ah yang bertentangan dengan perintah qur'an dan hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah hasanah. Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang menjalankannya dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya". Rasulullah juga bersabda "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar". Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap yang baru dalam agama adala Bid'ah". Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama disebut "bid'ah".

Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid'ah sbb : 1) wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama.Seperti kodifikasi al-Qur'an misalnya. 2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid. 3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya, 4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar 5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging Qurban dan lain sebagainya.

Syatibi dalam Muwafawat mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah. Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahat dan mafsadah menurut agama. Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh dilaksanakan.(2/585)

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam masalah-masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan mana amalan yang masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan. Memang agak rumit menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini sering menimbulkan percekcokan dan perselisihan antara umat Islam, bahkan saling mengkafirkan. Selayaknya kita tidak membesar-besarkan masalah seperti ini, karena kebanyakan kembalinya hanya kepada perbedaan cabang-cabang ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat dalam masalah cabang agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama).
Sikap yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah menklaim dirinya dan pendapatnya yang paling benar.

Semoga bermanfaat untuk ukhuwah Islam.

Sumber : Pesantren Virtual

Rabu, 09 Februari 2011

Renungan Dari Jalanan

Dari kejauhan, lampu lalu lintas masih menyala hijau.. Jono segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan itu cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu menjadi kuning, hati Jono berdebar, berharap ia bisa melewatinya segera.

Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku tidak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju.

Priiiittttt. ....!!!!!
 
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan meminta Jono untuk berhenti. Jono menepikan kendaraannya sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Hey, itu khan Bobi, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jono agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya. "Hai Bob, senang sekali bertemu kamu lagi!""Hai Jon," tanpa senyum.
 
"Duh, sepertinya aku kena tilang nih? Memang aku agak terburu-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah."

"Oh ya?"Tampaknya Bobi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu."Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya.Tentu aku tidak boleh terlambat dong."

"Saya mengerti, tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini."Ooooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jono harus ganti strategi."Jadi kamu hendak menilangku? Sungguh, tadinya aku tidak melewati lampu merah... sewaktu aku lewat lampunya masih kuning." Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

"Ayo dong Jon. kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu!"

Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya.

Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandang wajah Bobi dengan penuh kecewa. Percuma saja berkawan, pikir Jono.

Kawanpun ditilang juga.... Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima senti sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.

Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya. Jono mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela. Tapi, hey apa ini? Ternyata SIM-nya dikembalikan dengan sebuah nota.

Kenapa ia tidak menilangku? Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

"Halo Jono,Tahukah kamu Jon, dulu aku mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.

Pengemudi itu dihukum penjara selama tiga bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya telah tiada. Kami terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.

Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya, begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon, doakan agar permintaan kami dikabulkan.

Berhati-hatilah. Salam, Bobi."Jono terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi.

Namun Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu, sambil berharap kesalahannya dimaafkan... ..Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain.

Bisa jadi suka kita tidak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

Drive safely guys.....jangan terobos lampu merah.

Fadhilah Wanita

  1. Doa seorang isteri yang taat memiliki kekuatan 70 wali
  2. Isteri yang membuatkan minum suami tanpa diminta, pahalanya 3 x khatam Al Qur'an.
  3. Masakan isteri yang dilakukan secara sunah dan dimakan suami beserta keluarga pahalanya semua untuk isteri dan do'a suami yang memakan masakannya menjadi do'a yang diijabah.
  4. Isteri yang membangunkan suami untuk shalat atau menyuruh shalat berjamaah di masjid pahalanya 27+1
  5. Isteri yang kelelahan bangun malam karena anaknya minta susu sama dengan pahala 70 x haji mabrur.
  6. Seorang ibu yang menyusui setiap tetes susunya senilai 200 8 shalat khusu wal khudu dan doanya di ijabah' (fadilah wanita)
  7. Burung di udara dan malaikat dilangit akan selalu memintakan ampunan kepada Allah selama. Isteri dalam keridhaan suami",
  8. "Bila seorang suami pulang dengan gelisah dan isteri menghiburnya maka isteri mendapatkan 10 pahala jihad",
  9. "Bila seorang wanita hamil shalatnya dua rekaat adalah lebih baik dari 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil",
  10. "Bila seorang wanita hamil akan mendapatkan pahala 70 tahun shalat nafil dan 70 tahun puasa"
  11. "Wanita yang mencuci pakaian suami dan anak-anaknya akan mendapat 1000 kebaikan dan akan diampuni kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari matahari memintakan ampun baginya dan Allah SWT mengangkat derajatnya 1000 tingkat".
  12. "Wanita yang menyusui anaknya, maka setiap tetesan air susu tersebut akan mendapatkan 1 pahala dan apabila cukup 2 tahun menyusui maka malaikat dilangit akan mengabarkan berita bahwa SURGA WAJIB BAGINYA".
  13. Apabila sorang wanita kedatangan haid maka haidnya akan menghapus dosa2nya
  14. Apabila ia membaca pada hari pertama "Alhamdulilahi ala kullu halin wa astagfirullaha min kulli zambi" maka ALLAH akn membebaskannya dari jahanam, shirat & adzab.
  15. Setiap hari haidnya ALLAH tinggikan dia dengan pahala 40 org mati syahid apabila ia berdzikir.
    سُبْحَانَ اللّهُ betapa Allah cinta kepada kaum wanita...

Hidup Sehat Cara Rasulullah SAW

“Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Konon, selama hidupnya Rasulullah SAW hanya sakit dua kali. Yaitu setelah menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.

Berapa pun jumlahnya, dua, tiga atau empat kali, memperjelas gambaran bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa. Padahal kondisi alam Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.

Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.

Cara Rasulullah menjaga kesehatan
Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit. Di antaranya:

Pertama, selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air lir dan pencernaan. Rasul bersabda,” Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran”(HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). Disabdakan,”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Ketiga, makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.

Keempat, cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk diungkapkan. Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Sangat berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak lebih dari 8 jam.

Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional. Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.

Kelima, istikamah melakukan saum sunnat, di luar saum Ramadhan. Karena itu, kita mengenal beberpa saum sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul bith, saum Daud, saum enam hari di bulan Syawal, dsb. Saum adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani. Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas makanan, manahan diri dari makanan berbahaya sangat luar biasa. Saum menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Saum sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.

Selain lima cara hidup sehat ini, masih banyak kebiasaan Rasulullah SAW yang layak kita teladani. Dalam buku Jejak Sejarah Kedokteran Islam, Dr Jafar Khadem Yamani mengungkapkan lebih dari 25 pola hidup Rasul berkait masalah kesehatan, sebagian besar bersifat pencegahan. Di antaranya cara bersuci, cara memanjakan mata, keutamaan berkhitan, keutamaan senyum, dsb.

Yang tak kalah penting dari ikhtiar lahir, Rasulullah sangat mantap dalam ibadah ritualnya, khususnya dalam shalat. Beliau pun memiliki keterampilan paripurna dalam mengelola emosi, pikiran dan hati. Penelitian-penelitian terkini dalam bidang kesehatan membuktikan bahwa kemampuan dalam mengelola hati, pikiran dan perasaan, serta ketersambungan yang intens dengan Dzat Yang Mahatinggi akan menentukan kualitas kesehatan seseorang, jasmani maupun ruhani.

Senin, 07 Februari 2011

Bahaya Mempercayai Ramalan Bintang atau Astrologi

Saat ini banyak sekali berkembang pada media cetak / eletronik yang mengangkat masalah tentang Ramalan Bintang/Astrologi. Hal ini sudah menjadi fenomena yang setiap saat tersaji didepan kita, untuk itu sebagai umat Islam kita harus melindungi keluarga, saudara dan teman-teman kita agar tidak terjerumus kedalam bahaya yang timbul dari perbuatan tersebut.

Ilmu perbintangan sudah dikenal sejak dahulu dan orang-orang Arab dahulu biasa menentukan waktu berdasarkan kemunculan bintang karena mereka tidak mengenal perhitungan sehingga mereka menghafal waktu-waktu didalam setahun berdasarkan bintang-bintang yang ingin tenggelam.

Para ulama syariah membagi ilmu perbintangan ini menjadi dua bagian :

1. Ilmu perbintangan untuk perhitungan, yaitu menentukan awal bulan-bulan dengan menghitung perjalanan bintang. Berdasarkan perhitungan seperti ini maka mereka bisa mengetahui waktu-waktu, zaman-zaman, musim, arah kiblat dan sebagainya. Ilmu perbintangan seperti ini merupakan salah satu cabang dari ilmu falak. Dan seringkali kebanyakan orang menamakan ilmu falak dengan ilmu perbintangan meski di sana terdapat perbedaan yang jauh antara orang-orang ahli perbintangan dengan orang-orang ahli falak dan antara ilmu perbintangan dengan ilmu falak.

Ahli nujum adalah orang yang menganggap bahwa dirinya mengetahui nasib manusia, masa depan mereka, akhir kehidupan mereka berdasarkan posisi bintang-bintang ketika muncul. Orang itu melihat kepada bintang-bintang dan menghitung waktu terbit dan tenggelamnya dan perjalanannya lalu dari situ dia memperkirakan keadaan manusia maupun alam ini. Praktek ilmu perbintangan seperti ini kemudian dikenal dengan astrologi.

Astrologi adalah praktek menggabungkan antara posisi bintang-bintang serta pergerakannya dengan prilaku, perbuatan, akhir manusia dan si ahli nujum dengan bintang-bintang itu mengumumkan bahwa bintang-bintang tersebut memberikan pengaruh kepada suatu kehidupan maupun kematian manusia. Terhadap hal ini banyak para ulama atau ilmuwan termasuk para ahli ilmu falak dan fuqaha menentang praktek astrologi dan ramalan-ramalan seperti ini…” (Ceramah dengan judul “Ilmu Falak dan Penentuan Awal Bulan Qomariyah”, DR. Yusuf Marwah.

As Syeikh Ibnu Ruslan mengatakan,”Adapun ilmu perbintangan yang digunakan untuk mengetahui waktu pergeseran arah kiblat, berapa yang lenyap dan berapa yang tersisa maka tidaklah termasuk yang dilarang.” (Nailul Author juz VII hal 206)

2. Mengaitkan berbagai kejadian di bumi dengan keadaan benda-benda angkasa serta menganggap bahwa susunan benda-benda angkasa mempunyai pengaruh terhadap berbagai kejadian yang terjadi di bumi, inilah yang dimaksud dengan astrologi.

Astrologi diharamkan dan dilarang oleh syariat karena sesungguhnya para astrolog ini menganggap adanya hubungan antara kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia dengan pergerakan bintang-bintang dan menganggap bahwa ia memiliki pengaruh terhadap kejadian-kejadian itu.

Para ulama islam telah bersepakat tentang pengharaman ilmu nujum (astrologi) dalam makna yang seperti ini. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Perbuatan astrologi yang mengandung hukum-hukum, pengaruh-pengaruh yaitu menggunakan keadaan benda-benda langit serta memadukan antara kekuatan benda-benda langit dan kejadian-kejadian di bumi adalah perbuatan yang diharamkan berdasarkan al Qur’an, sunnah maupun ijma umat bahkan ia diharamkan pula melalui lisan para rasul di setiap agama.”

Asy Syeikh Ibnu Ruslan didalam “Syarh as Sunan” mengatakan,”Yang dilarang adalah apa yang dianggap oleh para astrolog bahwa mereka mengetahui berbagai kejadian yang belum terjadi dan yang akan terjadi di masa yang akan datang serta mengira bahwa mereka dapat mengetahui itu semua melalui perjalanan bintang-bintang di tempat edarnya, penyatuan maupun perpisahan diantara bintang-bintang padahal itu merupakan monopoli Allah dengan ilmu-Nya.” (Nailul Author juz VII hal 206)

Asy Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan,”Astrologi termasuk jenis sihir dan perdukunan yang diharamkan karena dibangun diatas khayalan yang tidak realistis. Maka tidaklah ada hubungan antara kejadian-kejadian di bumi dengan apa yang terjadi di langit. Dan keyakinan orang-orang jahiliyah adalah bahwa matahari dan bulan tidaklah bersatu (gerhana) kecuali karena adanya kematian seseorang.

Pernah terjadi gerhana matahari di masa Nabi saw di hari kematian putranya, Ibrahim, dan orang-orang saat itu mengatakan,”Gerhana mataha ini terjadi karena kematian Ibrahim.” Maka Nabi saw pun berkhutbah saat shalat gerhana dan bersabda,”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah swt, dan tidaklah terjadi gerhana dikarenakan kematian atau kehidupan seseorang.”

Artinya Nabi saw membantah keterkaitan berbagai kejadian di bumi dengan keadaan benda-benda langit sebagaimana bahwa lmu nujum dengan makna seperti ini (astrologi) adalah bagian dari sihir dan perdukunan. Ia juga menjadi sebab terhadap berbagai khayalan dan kebimbangan jiwa yang tidak realistis dan tidak memiliki dasar dan menjatuhkan manusia kedalam berbagai khayalan, pesimistis serta kebimbangan yang tiada berujung.” (Fatawa al Aqidah hal 336)

Dalil-dalil diharamkannya astrologi ini demikian banyak diantaranya :

1. Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmunya) semakin bertambah pula (dosanya), semakin bertambah (ilmunya) semakin bertambah pula (dosanya)." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh al Albani)

Asy Syaukani mengatakan bahwa makna “semakin bertambah dan semakin bertambah” adalah bertambah ilmu nujum sebagaimana bertambah sihirnya maksudnya adalah apabila bertambah ilmu nujumnya maka seakan-akan bertambah pula sihirnya. Telah diketahui bahwa pada dasarnya ilmu sihir adalah haram dan menambah ilmu sihir ini lebih haram lagi sebagaimana menambah ilmu nujum.” (Nailul Author juz VII hal 207)

2. Didalam riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu nujum untuk hal-hal yang tidak disebutkan Allah swt maka ia telah mempelajari satu cabang dari sihir. Ahli nujum adalah dukun dan dukun adalah penyihir dan penyihir adalah kafir.” (HR. Rozin didalam musnadnya. Lihat Misykaat al Mashobiih juz II hal 1296)

3. Dari Abi Mihjan bahwa Nabi saw bersabda,”Yang aku khawatirkan dari umatku sepeninggalku adalah tiga : kesewenang-wenangan umatku, mengimani (meyakini) ilmu nujum dan mendustakan takdir.” (HR. Ibnu Asyakir dan Ibnu Abdil Barr di kitab “Jami’ Bayan al Ilmi” dan dishahihkan oleh al Albani didalam “Shahih al Jami’” juz I hal 103)

4. Dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima shalat darinya selama 40 hari.”

5. Dari Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa mendatangi seorang peramal atau dukun lalu dia membenarkan perkataannya maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ashabus Sunan. Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan al Albani didalam “Shahih at Targhib wa at Tarhib” juz III hal 172) Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,”Peramal mencakup dukun, ahli nujum dan sejenisnya termasuk orang-orang yang menganggap dirinya mengetahui perkara-perkara dengan cara-cara demikian.” (Majmu al Fatawa juz XXXV hal 173)

Memperhatikan dua hadits terakhir diatas bahwa sebatas mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu kepadanya sudah menjadikan seorang muslim mendapatkan sangsi dengan tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Dan apabila dia membenarkan perkataannya maka dirinya telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. Hal itu dikarenakan apa yang diturunkan kepada Muhammad adalah firman Allah swt :

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Artinya : “Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An Naml : 65)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾
إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧﴾

Artinya : “(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26 – 27)

Dan dari Anas bahwa Nabi saw bersabda,”Yang aku khawatirkan dari umatku sepeninggalku adalah dua hal : mendustakan takdir dan membenarkan (ilmu) nujum.” (HR. Abu Ya’la, Ibnu Adi dan al Khatib. Hadits ini dishahihkan oleh al Albani) –(www.islamonline.net)

Ringkasnya bahwa ilmu ramalan dengan menggunakan bintang untuk mengetahui nasib seseorang, seperti : jodoh, rezeki, kehidupan atau kematiannya termasuk bentuk kemusyrikan yang dilarang agama.

Dan dilarang pula bagi seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah mendatangi peramal yang menggunakan perbintangan ini dan jika dirinya tidak mempercayai perkataannya maka shalatnya selama empat puluh hari tidaklah diterima Allah dan jika dia membenakannya maka dirinya telah dianggap kufur terhadap al Qur’an yang telah diturunkan Allah swt kepada Rasulul-Nya Muhammad saw.

Wallahu A’lam

Rabu, 02 Februari 2011

Renungan Buat Sang Istri

Wahai sang Istri .... Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.? Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!

Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!

Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami : Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku.

Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka asam dan cemberut.

Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lambut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.

Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.

Hilangkanlah dari rumahmu foto-foto, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.

Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunat, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu (Al-Ghafir : 60).

Sumber : kitab Fiqh pergaulan suami istri oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.

Renungan Buat Sang Suami

Wahai sang suami .... Apakah membebanimu wahai hamba Allah, untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala anda masuk ketemu istri tercinta, agar anda meraih pahala dari Allah?!! Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala anda melihat anak dan istrimu?!! Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat anda menghampiri dirinya?!!


Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan meletakkannya di mulut sang istri, agar anda mendapat pahala?!!

Apakah termasuk susuh, kalau anda masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap : Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh agar anda meraih 30 kebaikan?!!

Apa yang membebanimu, jika anda menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat anda masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika anda menuturkan kepada istrimu di saat masuk rumah : Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun.

Sesungguhnya, jika anda betul-betul mengharapkan pahala dari Allah walau anda letih dan lelah, anda mendekati sang istri tercinta dan menjimaknya, maka anda mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :Dan di air mani seseorang kalian ada sedekah.

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika anda berdoa dan berkata : Ya. Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.

Ucapan baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.


Sumber : kitab Fiqh pergaulan suami istri oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.

Khalifah Abu Bakar (11 - 13 H / 632 - 634 M)

Abu Bakar lahir tahun 573 M. Abu Bakar adalah nama gelar sedangkan nama aslinya adalah abdullah ibn Abu Kuhafah, lalu ia mendapat gelar al-siddiq setelah masuk agama Islam. Semenjak masa kanak-kanak, Abu Bakar adalah pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang dan suka beramal. Abu Bakar adalah salah seorang yang pertama kali menerima seruan Nabi Muhammad saw untuk menjadi seorang muslim. Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama sepeninggal Nabi Muhammad saw.

Setelah saidina Abu Bakar dipilih sebagai Khalifah Rasulallah s.a.w. maka beliau menyampaikan ucapannya yang pertama kepada orang ramai:

"…..Saudara-saudara sekalian, saya sudah terpilih untuk memimpin kamu semua, dan saya bukanlah orang yang terbaik diantara kamu sekalian. Kalau saya berlaku baik bantulah saya, kalau anda sekalian melihat saya salah, maka luruskanlah. Kebenaran adalah suatu amanah, dan dusta adalah pengkhianatan.

Orang yang lemah diantara kamu adalah kuat dipandangan saya, sesudah haknya saya berikan kepadanya, Insya Allah. Orang yang kuat diantara kamu adalah lemah dipandangan saya , sehingga saya terpaksa menarik kembali hak daripadanya, Insya Allah ! Janganlah ada seseorang dari anda sekalian yang mau meninggalkan jihad.

Apabila sesuatu kaum telah meninggalkan jihad (perjuangan dijalan Allah), maka Allah akan menimpakan kehinaan kepadanya.

Apabila kejahatan sudah meluas pada sesuatu golongan, maka Allah akan menyebarkan bencana kepada mereka.

Ikutlah saya selama saya taat kepada perintah Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan RasulNya maka tidak wajib anda sekalian mentaati saya. Marilah kita solat, semoga Allah memberi Rahmat kepada anda sekalian."

Saidina Abubakar Assiddiq telah banyak jasanya terhadap Islam dan Ummatnya. Antaranya beliau telah ikut bersama Nabi s.a.w. berhijrah ke Madinah, dan beliau telah berjaya menyelamatkan Negara Islam dari kehancuran desebabkan ramai yang telah berpaling tadah dan memberontak, setelah mereka mengetahui Nabi Mohammad s.a.w. telah wafat.

Saidina Abubakar juga telah berjasa besar dalam mengumpulkan ayat-ayat al-Quran, yang pada mulanya ditulis dipelepah kurma, tulang-tulang, kulit-kulit, dan ramai pula yang menghafalnya. Pengumpulan kitab suci al-Quran disusun demikian rupa sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan dizaman hayat Nabi s.a.w.

Saidina Abubakar Assiddiq telah menghantar tentara Islam memerangi orang-orang yang murtad, memerangi orang-orang enggan membayar zakat, dan memerangi nabi-nabi palsu.

Beliau juga telah berjaya mengajak ummat manusia ke jalah Allah dan terhadap mereka yang enggan diberikan pilihan, jika tak mahu masuk Islam mereka masih juga dilindungi dengan membayar sedikit cukai perlindungan (jizyah), jika masih enggan juga maka mereka seperti ini terpaksalah ditindak (diperangi).

Meskipun demikian sebelumnya saidina Abubakar terlebih dahulu menasihati tentara Islam mengikut jejak amal perbuatan yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. antara lain beliau berpesan :
"Wahai tentara semuanya, perhatikanlah ! Jangan menipu atau membohongi orang lain. Jangan menganiaya atau menyiksa orang. Jangan membunuh orang-orang tua, anak-anak atau orang perempuan.

Jangan membakar pohon kurma. Jangan menebang pohon buah-buahan yang lain. Jangan menyembelih kambing atau sapi atau unta kecuali untuk makanan yang dimestikan.

Satu ketika kamu akan sampai ke tempat-tempat orang yang telah meninggalkan keduniaan, mereka masuk kedalam biara-biara untuk mengasingkan diri dari masyarakat ramai, jangan kamu sampai mengganggu mereka. Biarkanlah mereka beribadah mengikut kepercayaan mereka."

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang bermaksud : "Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tetapi janganlah melampau batas, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas." (Quran, 2: 190)

Alhamdulillah berkat usaha gigih dan diikuti dengan ajaran Islam yang benar dan adil terhadap siapa saja, maka pengaruh Islam tambah luas sehingga kerajaan Rome dan Parsi dapat dikuasai.

Khalifah Abubakar bin Abi Quhafah dengan gelaran Abubakar Assiddiq, telah memerintah selama 2 tahun 3 bulan, dengan pemerintah pusatnya di Madinah.

Beliau wafat pada 22hb Ogos 634 M. dalam usia 63 tahun, disebabkan mengidap demam panas selama 15 hari. Dikebumikan berhampiran dengan tanah perkubuaran Nabi s.a.w. di Madinah.

Selasa, 01 Februari 2011

Khalifah Ali Ibn Abu Thalib (36 H - 41 H / 656 M - 661 M)

Amirul Mukminin Ali a.s. adalah anak keempat Abu Thalib. Ia dilahirkan di Makkah pada hari Jumat tanggal 13 Rajab tepatnya di dalam Ka'bah. Kelahirannya terjadi sekitar tiga puluh tahun sebelum peristiwa tahun Gajah dan dua puluh tiga tahun sebelum periode hijrah. Ibunya adalah seorang wanita luhur yang berjiwa mulia bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf. Ia tinggal di rumah ayahnya hingga berusia enam tahun.

Ketika Rasulullah SAWW berusia lebih dari tiga puluh tahun, paceklik sedang menimpa kota Makkah dan barang-barang pangan serba mahal. Hal inilah yang menyebabkan Ali kecil hidup bersama Rasulullah SAWW selama tujuh tahun hingga tahun-tahun pertama Bi'tsah dan mendapatkan didikan langsung darinya.

Pada khotbah ke-192 Nahjul Balaghah ia bercerita tentang dirinya: "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAWW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya".

Setelah Rasulullah SAWW diutus menjadi nabi, Ali adalah orang pertama yang beriman kepadanya.

Abu Thalib untuk pertama kalinya melihat anak dan misanannya mengerjakan shalat bersama. "Anakku, apa yang sedang kau lakukan?", tanyanya heran. Ia menjawab: "Wahai ayah, aku telah memeluk agama Islam dan mengerjakan shalat bersama misananku". "Janganlah kau berpisah darinya, karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan", sang ayah menimpali.

Ibnu Abbas berkata: "Orang pertama yang melaksanakan shalat bersama Rasulullah SAWW adalah Ali a.s.".

Rasulullah SAWW diutus menjadi nabi pada hari Senin dan Ali a.s. mengerjakan shalat pada hari Selasa.

Pada tahun ketiga Bi'tsah, setelah ayat "Dan berilah peringatan kepada keluarga dekatmu" turun, Rasulullah SAWW mengundang seluruh keturunan Abdul Muthalib ke rumahnya. Mereka berjumlah empat puluh orang. Setelah makan siang, Rasulullah SAWW tidak mendapat kesempatan untuk berbicara. Pada hari berikutnya ia mengundang mereka lagi untuk makan siang ke rumahnya. Setelah usai makan, Rasulullah SAWW mencuri kesempatan seraya berbicara di hadapan mereka: "Siapakah di antara kalian yang siap untuk menolongku dan beriman kepadaku sehingga ia akan menjadi saudara dan penggantiku setelah aku wafat?" Ali a.s. berdiri dan berkata: "Aku siap untuk menolongmu dalam menempuh jalan ini!". "Duduklah", jawab Rasulullah SAWW singkat.

Rasulullah SAWW mengulangi ucapannya, dan tidak ada seorang pun yang bangun menyatakan kesiapannya kecuali Ali a.s. Ia pun menyuruhnya duduk.

Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah SAWW mengulangi ucapannya, dan hanya Ali a.s. yang menyatakan kesiapannya. Akhirnya ia bersabda: "Sesungguhnya orang ini (Ali) adalah saudaraku, washiku, wazirku, pewarisku dan khalifahku untuk kalian sepeninggalku".

Setelah tiga belas tahun berdakwah di Makkah, akhirnya segala faktor pendukung dan persiapan untuk hijrah ke Madinah tersedia. Pada malam hijrah, Rasulullah SAWW berkata kepada Ali a.s.: "(Malam ini) engkau harus tidur di atas ranjangku!". Malam itu Ali a.s. tidur di atas ranjang Rasulullah SAWW. Malam itu yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabi'ul Awal tahun keempat Bi'tsah dikenal dengan nama Lailatul Mabit. Berdasarkan beberapa riwayat, pada malam itu satu ayat turun berkenaan dengan keutamaan Imam Ali a.s.

Beberapa malam sebelum hijrah, Rasulullah SAWW pergi menuju Ka'bah bersama Ali a.s. Ia berkata kepada Ali a.s.: "Naiklah di pundakku!". Setelah Ali a.s. naik ke atas pundaknya, mereka menghancurkan beberapa buah patung yang mengelilingi Ka'bah. Setelah itu mereka bersembunyi supaya kaum Quraisy tidak mengetahui siapa yang melakukan itu.

Setelah Rasulullah SAWW hijrah, Imam Ali a.s. baru dapat hijrah tiga hari setelah itu bersama ibunya, Fathimah binti Asad, Fathimah Az-Zahra`, Fathimah binti Zubair dan muslimin lainnya yang belum sempat berhijrah. Faktor keterlambatannya dalam melaksanakan hijrah adalah karena ia harus mengembalikan amanat-amanat Rasulullah SAWW kepada para pemiliknya.

Ketika ia sampai di Madinah, kakinya luka berdarah. Karena kerelaannya dalam berkorban, Rasulullah SAWW sangat berterima kasih kepadanya.

Di tahun pertama hijrah, ketika Rasulullah SAWW mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, ia berkata kepada Imam Ali a.s.: "Engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat". Pada tahun kedua hijrah, Imam Ali a.s. menikah dengan Fathimah Az-Zahra` a.s.

Bulan Ramadhan tahun kedua hijrah adalah bulan kemuliaan dan kebanggaan bagi Imam Ali a.s. Pada tanggal 15 Ramadhan Allah mengaruniai Imam Hasan a.s. kepadanya dan pada tanggal 17 Ramadhan terjadi perang Badar yang telah membuktikannya sebagai pahlawan pemberani, dan hal itu menjadi buah bibir masyarakat Madinah.

Syeikh Mufid r.a. berkata: "Pada perang Badar muslimin berhasil membunuh tujuh puluh orang kafir dan Imam Ali a.s. membunuh tiga puluh enam orang dari mereka. Itu pun ia masih membantu yang lain dalam membunuh orang-orang kafir".

Pada bulan Syawal tahun ketiga hijrah pecah perang Uhud. Nama Imam Ali a.s. –-sebagaimana di perang Badar-- menjadi buah bibir masyarakat. Di perang Uhud inilah Rasulullah SAWW bersabda: "Ali adalah dariku dan aku darinya". Dan pada perang ini juga suara teriakan di langit menggema: "Tiada pedang kecuali Dzulfiqar dan tiada pemuda kecuali Ali".

Pada tahun ketiga atau keempat hijrah, Allah menganugerahkan seorang putra kepada Imam Ali a.s. yang akhirnya dinamai Husein. Sembilan imam ma'shum a.s. berasal dari keturunannya.

Pada bulan Syawal tahun kelima hijrah perang Khandaq pecah. Di perang ini Imam Ali a.s. berhadapan langsung dengan 'Amr bin Abdi Wud. Berkenaan dengan hal tersebut Rasulullah SAWW bersabda: "Manifestasi seluruh iman berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran". Pada kesempatan yang lain ia bersabda: "Peperangan Ali dengan 'Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak".

Pada tahun ketujuh hijrah, perang Khaibar kembali pecah. Pada suatu hari ketika muslimin sudah putus asa karena tidak dapat menjebol benteng Khaibar yang dijadikan pertahanan oleh orang-orang Yahudi, Rasulullah SAWW bersabda: "Besok aku akan memberikan bendera komando pasukan ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan ia juga dicintai oleh mereka. Ia akan menyerang pantang mundur, dan tidak akan pulang kecuali Allah akan menganugerahkan kemenangan kepadanya".

Pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 hijrah, Rasulullah SAWW berhasil membebaskan kota Makkah yang sebelumnya merupakan pusat dan benteng kokoh bagi penyembahan berhala. Berdasarkan sebagian riwayat, Imam Ali a.s. pada hari itu memperoleh kemuliaan untuk naik di atas pundak Rasulullah SAWW untuk menghancurkan berhala-berhala yang menghuni Ka'bah.

Setelah peristiwa pembebasan kota Makkah, perang Hunain dan kemudian perang Tha`if pecah. Pada peristiwa perang Hunain, hanya sembilan orang sahabat yang di antara mereka adalah Imam Ali a.s. yang setia bersama Rasulullah SAWW. Para sahabat yang lain lari tunggang-langgang.

Pada tahun ke-9 hijrah, perang Tabuk pecah. Dari dua puluh tujuh peperangan yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAWW, hanya dalam perang ini Imam Ali a.s. tidak ikut serta. Hal itu dikarenakan Rasulullah SAWW menyuruhnya untuk menjadi penggantinya di Madinah. Hadis manzilah berhubungan dengan peristiwa ini. Dalam hadis tersebut Rasulullah SAWW bersabda: "Apakah engkau (Ali) tidak rela jika kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku". Di tahun ini juga Imam Ali a.s. mendapat perintah untuk mengambil ayat-ayat surah al-baraa`ah yang dipegang oleh Khalifah Abu Bakar untuk dibacakannya di hadapan para penyembah berhala.

Pada tanggal 5 Dzul Qa'dah 10 H., Rasulullah SAWW mengutus Imam Ali a.s. ke Yaman untuk bertabligh, dan dengan ini banyak masyarakat Yaman yang memeluk agama Islam.

Pada tahun itu juga peristiwa Ghadir Khum terjadi. Seraya mengenalkan Imam Ali a.s. sebagai penggantinya Rasulullah SAWW bersabda: "Barang siapa yang aku maula (pemimpin)-nya, maka Ali adalah pemimpinnya". Hadis ini diriwayatkan oleh seratus sepuluh sahabat, delapan puluh empat tabi'in dan tiga ratus enam puluh ulama Ahlussunnah dari sejak abad ke-2 hingga abad ke-13 H.

Pada tahun ke-11 hijrah, Rasulullah SAWW meninggal dunia. Imam Ali a.s. berkata: "Engkau (Muhammad) meninggal dunia dalam pelukanku". Padahal washi Rasulullah SAWW sedang sibuk memandikan, mengafani dan menguburkannya, para sahabat berkumpul di Saqifah Bani Saidah dengan tujuan mengadakan sebuah kudeta. Sebuah kudeta yang eksesnya memenuhi sejarah dengan lembaran hitam, menjadikan masa depan umat manusia gelap-gulita dan lebih dari itu, sunnah yang batil terwujud. Dinasti Umaiyah dan Abasiyah telah menduduki tahta kerajaan Islam dan menjadikan kekhilafahan sebagai sebuah permainan.

Dengan kata lain, peristiwa yang terjadi di Saqifah itu adalah dasar utama munculnya pengkhianatan besar terhadap muslimin. Karena dengan lebih mendahulukan orang yang biasa atas orang yang lebih dari segala segi, para sahabat yang berkumpul di Saqifah tersebut telah memenangkan permainan itu dengan segala tipu muslihat dan berhasil menon-aktifkan Imam Ali a.s. dari memegang khilafah padahal ia memiliki masa lalu yang cemerlang dalam membela Islam, ilmu dan takwa. Dan selama dua puluh lima tahun tidak hanya hak Imam Ali a.s. yang diinjak-injak melalui iming-iming kekayaan dan pemaksaan, hak umat Islam untuk mendapatkan seorang pemimpin yang adil dan alim juga tidak dihiraukan.

Akhirnya, sistem khilafah semacam inilah yang memperlicin jalan bagi berkuasanya Bani Umaiyah dan Bani Abbas, dan kebiasaan lebih mendahulukan orang biasa dari orang yang lebih dari segala segi itulah yang memberikan kesempatan bagi orang yang suka mencari kesempatan untuk mengorbankan hakikat demi maslahat individu.

Sepanjang lima tahun pemerintahan Imam Ali a.s., banyak faktor yang selalu menjegalnya dalam usaha mewujudkan sebuah perbaikan universal dan keadilan sosial. Pada masa lima tahun itu mayoritas waktu dan tenaganya digunakan untuk membasmi segala bentuk kudeta dan berperang melawan naakitsiin (para pembelot dari bai'at seperti Thalhah dan Zubair), qaasithiin (para lalim seperti Mu'awiyah dan para pengikutnya) dan maariqiin (orang-orang yang enggan menaati segala instruksi Imam Ali a.s. seperti kelompok Khawarij Nahrawan).

Selama enam puluh tiga tahun hidup di tengah-tengah masyarakat, Imam Ali a.s. hidup dengan penuh kesucian jiwa, takwa, kejujuran, iman dan ikhlas dengan berpegang teguh pada semboyan "cercaan para pencerca tidak akan melemahkan semangat selama aku berada di jalan Allah". Dan ia tidak memiliki tujuan kecuali Allah dan setiap amalan yang dikerjakannya semuanya demi Allah. Jika ia sangat mencintai Rasulullah SAWW, hal itu pun ia lakukan demi Allah. Ia tenggelam dalam iman dan ikhlas untuk Allah. Ia lalui semua kehidupannya dengan kesucian dan ketakwaan, dan ia pun bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan suci. Ia lahir di rumah Allah dan meninggal di rumah Allah juga. Seluruh hidupnya telah menjadi satu dengan kebenaran. Ketika pedang Abdurrahman bin Muljam merobek kepalanya ia hanya berkata: "Aku sekarang menang, demi Tuhan yang memiliki Ka'bah". Ia meneguk cawan syahadah pada malam 21 Ramadhan 40 H.

Ali yang Dicintai Rasul

Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai orang yang paling dekat dan paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Banyak riwayat dan hadis yang menjelaskan tentang hal ini. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendapat kiriman daging burung panggang. Nabi SAW mengatakan bahwa dia hanya akan memakan daging itu bersama dengan orang paling beliau cintai dan paling dicintai oleh Allah. Kepada Anas bin Malik yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu di rumah Nabi, beliau bersabda bahwa orang yang akan datang ke rumah ini adalah orang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Anas menanti-nantikan kedatangan orang itu. Dalam hati kecilnya, ia berharap, semoga orang yang dimaksudkan adalah salah seorang sanak keluarganya. Ketika sedang termenung, mendadak ia mendengar suara ketukan pintu. Anas membukakan pintu. Ia kecewa karena yang datang ternyata Ali bin Abi Thalib. Ali meminta izin bertemu Rasul. Anas menjawab bahwa Nabi sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Pintu rumah Rasul kembali ditutup.

Beberapa saat kemudian, kembali terdengar suara ketukan pintu. Anas bergegas membukakannya. Ia kembali kecewa karena ternyata Ali-lah yang datang. Tiga kali berturut-turut, Ali datang dan Anas tidak memberinya izin berjumpa dengan Rasulullah. Pada kali ketiga, Rasul bertanya kepada Anas, “Siapakah yang ada dibelakang pintu.” Anas menjawab, “Ali.” Rasul menyuruh Ali masuk dan bersabda bahwa Ali adalah orang yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Pengorbanan yang dipersembahkan Ali untuk Islam dalam disaksikan dalam semua sisi kehidupan manusia mulai ini. Perang Khandak atau Perang Parit adalah saksi nyata dari perngorbanan besar yang dipuji oleh Rasulullah. Saat itu, ketika kaum kafir Quresy berhasil mengajak sejumla suku-suku Arab untuk menyerang Madinah pada tahun ke-5 hijriyah, sekitar 10 ribu pasukan kafir mengepung kota itu.

Pengorbanan untuk Islam

Untuk pertahanan mengadapi pasukan sebesar itu, atas saran Salman dan perintah Rasulullah SAW, kaum muslimin menggali parit. Meski demikian, ada beberapa jawara Quresy yang berhasil menyebrangi parit melalui bagian yang relatif sempit. Salah satu diantara mereka adalah Amr bin Abdi Wadd, yang dikenal sebagai jawara Arab tertangguh masa itu.

Ketika berhasil menyeberangi parit, Amr berteriak-teriak menantang siapa saja yang berani berhadapan dengannya. Kebisuan menyelimuti barisan kaum muslimin yang tahu dengan benar siapa Amr bin Abdi Wadd. Tiba-tiba Ali memecah kebisuan dan menyatakan kesiapannya bertarung dengan Amr. Dengan memakai serban yang dililitkan oleh Rasul di kepalanya, pemuda putra Abu Thalib itu melangkah menjawab tantangan Amr.

Kepergian Ali ke medan laga ditatap oleh Rasul yang bersabda, “Ini adalah pertarungan antara keimanan murni dan kekafiran murni.” Debu-debu beterbangan menyelimuti medan pertarungan dua jawara dari dua barisan yang berseteru dan menghalangi tatapan ribuan pasang mata. Hanya gemerincing suara benturan pedang yang terdengar. Tiba-tiba, suara takbir menggema yang menandakan bahwa Ali berhasil menghabisi Amr.

Kemenangan Ali atas Amr dalam kondisi seperti itu, mendapat pujian Nabi SAW. Beliau bersabda, “Pukulan pedang Ali pada perang Khandak lebih mulia dari ibadah seluruh manusia dan jin.”

Pada tahun ke-7 hijriyah, setelah mendengar berita persiapan kaum Yahudi Khaibar untuk menghabisi kota Madinah, Rasulullah SAW mengirim pasukan untuk menyerang mereka. Satu persatu benteng Khaibar jatuh ke tangan kaum muslimin. Namun gerakan pasukan Islam terhenti setelah dua hari berturut-turut gagal menundukkan benteng yang terkuat. Akhirnya, Nabi SAW bersabda bahwa esok beliau akan menyerahkan panji perang kepada orang yang menyintai Allah dan Rasul serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Dia adalah orang yang tidak akan mundur sebelum berhasil menguasai benteng itu.

Esoknya, oleh Nabi, panji perang itu diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib as. Di tangan Ali, benteng terkuat Khaibar berhasil dikuasai dan kaum Yahudi di kawasan itu bertekuk lutut di hadapan kekuatan Islam. Kekalahan Yahudi Khaibar berarti kekalahan Yahudi di seluruh negeri Hijaz.

Perang Hunain adalah cerita lain yang mengisahkan ketegaran Ali dalam membela agama Allah. Perang Hunain terjadi setelah penundukan kota Mekah oleh pasukan muslimin. Dengan pasukan besar, sebagian kaum muslimin merasa tidak ada kekuatan di Arab yang bisa mengalahkannya. Namun tanpa diduga, barisan kaum muslimin diobrak-obrik oleh suku Hawazin dan Tsaqif. Barisan yang semula rapi itu mendadak kacau dan sebagian besar orang lari menyelamatkan diri dari serbuan suku Hawazin dan Tsaqif.

Hanya beberapa orang yang tetap menyertai Rasulullah SAW, diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Abbas bin Abdul Mutthalib. Saat itulah Nabi memerintahkan Abbas untuk memanggil kembali orang-orang yang terikat dengan baiat Ridhwan. Akhirnya, sedikit demi sedikit mereka yang lari kembali ke barisan dan siap menghadapi musuh.

Kepahlawanan dan kesetiaan Ali kepada Allah dan Rasul-Nya tidak diragukan oleh siapapun. Nama Ali membuat gentar setiap musuh Islam. Untuk itulah, ketika Nabi SAW membawa pasukan besar ke arah Tabuk, beliau memerintahkan Ali untuk tinggal di Madinah dan mengamankan kota ini dari konspirasi kaum munafikin yang ingin membuat kekacauan. Kehadiran Ali di Madinah di saat Nabi SAW dan sebagian besar kaum muslimin pergi ke Tabuk telah mengacaukan rencana kaum munafikin. Karenanya mereka menebar isu miring bahwa Rasul tidak lagi memerlukan Ali dalam perang Tabuk karena perjalanannya yang panjang dan panas yang membakar. Mereka juga menebar kasak-kusuk bahwa Ali meminta untuk tinggal di Madinah dengan anak-anak kecil dan kaum wanita di saat semua orang pergi menanggung kesusahan ke Tabuk.

Mendengar isu itu Ali mengejar Nabi SAW sampai ke daerah Juhfah yang terletak beberapa kilometer dari kota Madinah. Kepada utusan Allah itu, Ali menyampaikan isu yang beredar di Madinah. Nabi bersabda, “Wahai Ali, tidak bersediakah engkau memiliki posisi di sisiku sama seperti Harus di sisi Musa, hanyasaja tidak ada nabi setelahku?”

Ali as Setelah Kepergian Nabi SAW

Tahun 10 hijriyah, Nabi SAW bersama para sahabatnya melakukan ibadah haji. Musim haji tahun itu, hanya dihadiri oleh mereka yang telah memeluk agam Islam. Sejarah mencatat, bahwa lebih dari 100 ribu muslim ikut menyertai rasulullah SAW dalam ibadah haji yang disebut dengan hajjatul wada’ ini. Hajjatul Wada berarti haji perpisahan, karena setelah tahun itu umat Islam ditinggalkan oleh pemimpin mereka, Rasulullah SAW yang wafat hanya selang beberapa bulan sepulangnya dari haji ini.

Seperti yang telah kami singgung dalam searah kehidupan rasul SAW, di tengah perjalanan pulang ke Madinah, Nabi mendapatkan wahyu untuk menyampaikan pesan penting Tuhan. Untuk melaksanakan perintah itu, beliau menyuruh para sahabatnya untuk berhenti di tempat yang dikenal dengan nama Ghadir Khum. Di sanalah beliau menyampaikan hadisnya yang terkenal, “Man Kuntu Maulahu fahadza Aliyyun maulah.” Barang siapa yang menjadikanku sebagai pemimpin maka Ali adalah pemimpinnya juga. Hadis ini difahami sebagai pengumuman dari Nabi bahwa sepeninggal beliau Ali-lah yang akan memimpin umat Islam.

Di penghujung bulan Shafar tahun 11 hijriyah, Nabi SAW menerima panggilan Sang Khalik untuk menghadap-nya. Beliau wafat meninggalkan umatnya setelah menyelesaikan semua tugasnya dengan baik. Umat Islam bagai anak-anak yatim yang kehilangan orang tua mereka. Untuk itulah sejumlah orang berkumpul di sebuah balairung yang disebut dengan nama Saqifah bani Saidah. Pertemuan itu dihadiri oleh sejumlah orang Anshar dan beberapa orang muhajirin. Meski sempat terjadi keributan, pertemuan itu menghasilkan keputusan mengangkat Abu bakar sebagai khalifah pengganti Rasulullah untuk memerintah atas umat.

Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah di saat jenazah suci Rasulullah SAW belum dimakamkan, cukup mengejutkan bagi para sahabat yang lain. Sebagian dari mereka masih meyakini bahwa Rasul sudah menjelaskan siapakah yang bakal menjadi penerus beliau. Namun segala penentangan terhadap keputusan itu tidak membuahkan hasil apapun. Beberapa bulan setelah wafatnya Rasul, Ali dan para pengikutnya mengulurkan tangan baiat kepada Abu Bakar.

Sejarah mencatat bahwa sepeninggal Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai jawara tangguh dan pewaris ilmu Rasulullah SAW, hidup menyendiri. Beliau lebih menyibukkan diri dengan ibadah, menulis Al-Quran, bekerja dan mengajarkan ilmu kepada orang-orang tertentu, semisal Abdullah bin Abbas. Hubungan Ali dengan khalifah Abu Bakar tidak banyak dicatat oleh sejarah. Sepeninggal khalifah Abu Bakar, Umar yang menjadi khalifah kedua banyak memanfaatkan ilmu dan nasehat Ali. Ketika akan menyerang Persia, sesuai dengan saran Ali, Umar tidak menyertai pasukannya. Dalam banyak kasus, Umar juga membatalkan keputusannya ketika ada penentangan dari Ali. Kata-kata Umar yang terkenal, “Jika tidak ada Ali, Umar pasti binasa,” atau ungkapan, “Semoga Allah tidak menguji dengan satu maslah tanpa kehadiran Abul Hasan” diabadikan oleh para sejarawan.

Menjelang kematiannya, khalifah Umar menunjuk enam orang sahabat, yatiu Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf sebagai anggota syura. Tugas syura ini adalah memilih salah seorang diantara mereka sebagai khalifah. Dengan ketentuan yang telah ditetapkan, Abdurrahman bin Auf mengulurkan tangannya untuk membaiat usman. Keputusan itulah yang akhirnya ditetapkan dan Usman bin Affan menjadi khalifah ketiga.

Di masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Ali tidak banyak memegang peranan, sebab khalifah ketiga ini lebih mengutamakan sanak familinya dari pada orang lain termasuk dalam masalah pemerintahan. Ketidakpuasan umum terhadap kinerja khalifah dan para pejabat pemerintahan saat itu, telah memunculkan kebangkitan massa. Meski termasuk tokoh yang paling vokal terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan saat itu, Imam Ali as tetap berusaha mencegah terjadinya aksi pembunuhan terhadap khalifah. Semua upaya dilakukannya termasuk memerintah putra-putranya untuk mengirimkan air dan makanan ke rumah khalifah yang dikepung massa. Namun, takdir berkehendak lain dan khalifah Usman terbunuh di tengah kerusuhan tersebut.

Ali Dibaiat Sebagai Khalifah

Masyarakat umum yang merasakan kekosongan kepemimpinan menyerbu rumah Ali dan mengajukan baiat mereka. Putra Abu Thalib menolak baiat tersebut dan meminta umat untuk membaiat orang selain dirinya. Ketika desakan massa semakin kuat, Ali menerima baiat mereka. Praktis dengan baiat yang dilakukan umat secara aklamasi terhadap dirinya, Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah kaum muslimin.

Kebijakan pertama yang dilakukan Ali adalah mencopot para pejabat yang tidak layak lalu mengganti mereka dengan orang-orang yang cakap dan adil. Imam Ali yang dikenal dengan keadilannya juga mencabut undang-undang yang diskriminatif. Beliau memutuskan untuk membatalkan segala konsesi yang sebelumnya diberikan kepada orang-orang Quresy dan menyamaratakan hak umat atas kekayaan baitul mal.

Perang Jamal

Sikap inilah yang mendapat penentangan sejumlah orang yang selama bertahun-tahun menikmati keistimewaan yang dibuat oleh khalifah sebelumnya. Ketidakpuasan itu kian meningkat sampai akhirnya mendorong sekelompok orang untuk menyusun kekuatan melawan beliau. Thalhah, Zubair dan Aisyah berhasil mngumpulkan pasukan yang cukup besar di Basrah untuk bertempur melawan khalifah Ali bin Abi Thalib.

Mendengar adanya pemberontakan itu, Imam Ali mengerahkan pasukannya. Kedua pasukan saling berhadapan. Ali terus berusaha membujuk Thalhah dan Zubair agar mengurungkan rencana berperang. Beliau mengingatkan keduanya akan hari-hari manis saat bersama Rasulullah SAW dan berperang melawan pasukan kafir.

Meski ada riwayat yang menyebutkan bahwa himbauan Imam Ali itu tidak berhasil menyadarkan kedua sahabat Nabi itu, tetapi sebagian sejarawan menceritakan bahwa Thalhah dan Zubair saat mendengar teguran Ali, bergegas meninggalkan medan perang.

Perang tak terhindarkan. Ribuan nyawa melayang sia-sia, hanya karena ketidakpuasan sebagian orang terhadap keadilan yang ditegakkan oleh Imam Ali as. Pasukan Ali berhasil memukul mundur pasukan yang dikomandoi Aisyah, yang saat itu menunggang unta. Perang Jamal atau Perang Unta berakhir setelah unta yang dinaiki oleh Aisyah tertusuk tombak dan jatuh terkapar.

Sebagai khalifah yang bijak, Ali memaafkan mereka yang sebelum ini menghunus pedang untuk memeranginya. Aisyah juga dikirim kembali ke Madinah dengan dikawal oleh sepasukan wanita bersenjata lengkap. Fitnah pertama yang terjadi pada masa kekhalifahan Imam Ali as berhasil dipadamkan. Namun masih ada kelompok-kelompok lain yang menghunus pedang melawan Ali yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai poros kebenaran.

Perang Shiffin

Setelah api fitnah pasukan Jamal berhasil dipadamkan, pemerintahan Imam Ali as kembali diguncang oleh pemberontakan pasukan Syam pimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Perang ini terjadi setelah Muawiyah yang menjabat sebagai gubernur Syam sejak masa khalifah Umar bin Khatthab, menolak berbaiat dan tidak bersedia tunduk kepada pemerintahan Imam Ali as. Saat Imam Ali melalui sepucuk surat memintanya untuk berbaiat, Muawiyah mengumpulkan warga Syam di masjid dan mengatakan bahwa ia akan menuntut darah khalifah Usman yang dibunuh oleh para pemberontak.

Muawiyah mendapat dukungan warga Syam yang siap melakukan pembalasan atas darah khalifah. Pasukan Syam telah disiagakan untuk memberontak. Berita akan kesiapan pasukan Syam sampai ke telinga Imam Ali as. Beliau segera memanggil para sahabatnya untuk meminta pendapat mereka mengenai rencana serangan ke Syam. Sebagian besar sahabat mendukung rencana itu, bahkan beberapa diantaranya mencaci pasukan Syam. Imam melarang mereka dan mengatakan bahwa beliau tidak menyukai orang yang suka mencaci. Ammar bin Yasir, salah seorang sahabat besar Nabi SAW dan pengikut setia Imam Ali as turut menyatakan dukungan.

Setelah Imam Ali as yakin bahwa Muawiyah hanya mengenal bahasa kekerasan, beliau mengumumkan rencananya menyerang Syam kepada seluruh warga. Al-Hasan dan Al-Husein as, dua putra Imam Ali as memikul tugas mengajak masyarakat untuk menyertai pasukan Kufah menuju Syam.

Mendengar kesiapan pasukan Kufah, Muawiyah mengumpulkan warga Syam di masjid. Di atas mimbar masjid Syam, dia mengangkat tinggi-tinggi sebuah baju yag berlumur darah seraya mengatakan, “Inilah baju khalifah Usman yang masih berlumur darah.” Muawiyah mengajak warga Syam untuk menyertai pasukannya menyerang pasukan Irak yang dipimpin oleh Imam Ali as.

Dua pasukan besar Syam dan Kufah bertemu. Kepada para sahabatnya, Imam Ali berpesan untuk tidak memulai perang sebelum pasukan Syam menyerang. Tanggal 1 Shafar tahun 37 hijriyah, kedua pasukan terlibat pertempuran sengit. Perang yang dikenal dengan nama perang Shiffin ini berlangsung cukup lama. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Diantara mereka yang gugur di pasukan Imam Ali adalah Ammar bin Yasir, Khuzaimah yang disebut nabi dengan nama dzu syahadatain atau orang memiliki dua syahadah, Uwais Al-Qarani, seorang arif yang dipuji Nabi serta sejumlah sahabat besar lainnya.

Ketika Muawiyah menyaksikan keletihan dan ketidakmampuan pasukannya untuk melanjutkan perang, ia memerintahkan orang-orangnya untuk mengangkat Al-Qur’an di atas tombak seraya memekikkan suara gencatan senjata. Tipu muslihat itu berhasil membuat pasukan Kufah ragu melangkah. Mereka tertipu oleh tipu daya ini dan tidak lagi mengacuhkan perintah Imam Ali as untuk melanjutkan perang. Ketidakpatuhan pasukan Kufah kepada pemimpinnya memaksa Imam Ali as untuk menerima ajakan damai yang sebenarnya hanyalah tipu muslihat Muawiyah untuk lolos dari kekalahan yang sudah di depan mata dalam perang Shiffin.

Gencatan senjata dilanjutkan dengan masing-masing pasukan mengirimkan juru runding. Muawiyah menunjuk Amr bin Ash yang dikenal licik ke meja perundingan. Sementara Imam Ali menunjuk Abdullah bin Abbas yang di kalangan Quresy dikenal sebagai orang cerdik dan arif. Tetapi lagi-lagi, pasukan Irak menentang keputusan Imam Ali. Dengan berdalih bahwa Ibnu Abbas adalah anggota pasukan Irak, maka dia tidak berhak duduk di meja perundingan. Mereka lantas memilih Abu Musa Al-Asy’ari yang tidak terlibat dalam perang Shiffin. Imam Ali yang kecewa dengan sikap pasukannya yang tidak lagi menghiraukan pemimpin mereka mengatakan, “Silahkan lakukan apa yang kalian inginkan.”

Dalam perundingan itu, Amr bin Ash dan Abu Musa sepakat untuk bersama-sama mengumumkan pencabutan jabatan Imam Ali dan dan Muawiyah. Setelah terlebih dahulu Abu Musa menyatakan keputusan menurunkan Ali dari khilafah, Amr dengan licik menyatakan bahwa dia menunjuk Muawiyah untuk menjadi pemimpin dan khalifah atas umat Islam.

Perang Nahrawan

Peristiwa hakamiyyah atau perundingan setelah perang Shiffin menjadi percikan awal munculnya kelompok baru yang dinamakan Khawarij. Kelompok ini mengangkat slogan “Tidak ada keputusan kecuali keputusan Allah.” Dengan slogan ini mereka menyatakan penentangan atas keputusan Imam Ali yang bersedia berunding dengan Muawiyah. Setelah mendengar jawaban dan keterangan dari khalifah ini, sebagian besar orang yang semula bergabung dengan kelompok itu memisahkan diri dan kembali ke barisan Imam Ali as.

Tak lama kemudian Khawarij membentuk pasukan dan memilih salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin. Pasukan ini bergerak ke arah daerah bernama Nahrawan. Siapa saja yang ditemui dan menyatakan mendukung kepemimpinan Imam Ali as tidak selamat dari tebasan pedang mereka. Keberingasan Khawarij membulatkan tekad Imam Ali untuk menghabisi mereka.

Saat dua pasukan berhadapan, sekali lagi Ali menasehati mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Kelompok demi kelompok memisahkan diri dari pasukan khawarij, sampai jumlah mereka berkurang menjadi hanya 1.800 penunggang kuda dan 1.500 pejalan kaki. Imam Ali berpesan kepada pasukannya yang berjumlah 14 ribu orang untuk tidak memulai perang. Khawarij secepat kilat menyerang dengan beringas dan dengan cepat pula barisan mereka kucar kacir. Pasukan ini lumpuh hanya beberapa saat setelah perang dimulai. Dari barisan Imam Ali hanya kurang dari 10 orang yang gugur. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Shafar tahun 38 hijriyah.

Warga Kufah Khianati Khalifah

Hasil keputusan perundingan antara Amr bin As dan Abu Musa Al-Ashari tidak bisa diterima oleh Imam Ali. Beliau segera mengeluarkan pengumuman tentang rencana menyerang kembali Syam. Akan tetapi hasutan orang-orang semisal Asyats bin Qais membuat orang-orang yang berada di barisan Imam Ali mengambil keputusan untuk kembali ke Kufah dengan alasan letih menghadapi peperangan. Hanya sekitar 300 orang yang memenuhi panggilan khalifah untuk berkumpul di kamp Nukhailah bersama beliau.

Ketidakloyalan warga Kufah kepada pemimpin mereka cukup memukul perasaan Imam Ali. Beliau terpaksa kembali ke Kufah dan urung menyerang Syam dengan jumlah pasukan yang hanya segelintir orang saja. Imam Ali kecewa dan mengecam sikap warga Kufah tersebut.

Wafat Imam Ali AS

Setelah perang Nahrawan berakhir, Imam Ali as kembali mengimbau umat untuk bersiap-siap menyerang Muawiyah di Syam yang melakukan pembangkangan dan merusak persatuan kaum muslimin. Namun seruan beliau itu tidak mendapat sambutan masyarakat luas. Sejumlah orang seperti Asy’ats bin Qais sangat berperan dalam mengendurkan semangat para pendukung khalifah untuk kembali menyusun kekuatan di bawah kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as. Akibatnya, dengan alasan letih karena perang, mereka memilih untuk meninggalkan pemimpin mereka di kamp Nukhailah. Menyaksikan kondisi yang demikian, Amirul Mukminin terpaksa kembali ke Kufah.

Imam Ali as memendam kekecewaan yang mendalam terhadap warga Kufah. Berkali-kali beliau mengecam warga kota itu karena ketidakloyalan mereka kepada khalifah. Dalam sebuah khotbahnya, beliau mengatakan, “Aku terjebak di tengah orang-orang tidak menaati perintah dan tidak memenuhi panggilanku. Wahai kalian yang tidak mengerti kesetiaan! Untuk apa kalian menunggu? Mengapa kalian tidak melakukan tindakan apapun untuk membela agama Allah? Mana agama yang kalian yakini dan mana kecemburuan yang bisa membangkitkan amarah kalian?”

Pada kesempatan yang lain beliau berkata, “Wahai umat yang jika aku perintah tidak menggubris perintahku, dan jika aku panggil tidak menjawab panggilanku! Kalian adalah orang-orang yang kebingungan kala mendapat kesempatan dan lemah ketika diserang. Jika sekelompok orang datang dengan pemimpinnya, kalian cerca mereka, dan jika terpaksa melakukan pekerjaan berat, kalian menyerah. Aku tidak lagi merasa nyaman berada di tengah-tengah kalian. Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara.”

Meski kecewa akan sikap dan perlakuan warga Kufah terjhadap dirinya, Imam Ali as terus berusaha menyadarkan mereka dan menggerakkan semangat mereka untuk kembali berjihad di jalan Allah. Dalam banyak kesempatan, beliau mengingatkan mereka akan kebenaran yang berada di pihaknya dan bahwa berperang melawan Muawiyah adalah tugas suci yang harus dilaksanakan, sebab Muawiyah memecah belah umat dan berusaha menyebarkan kebatilan di tengah umat.

Berbeda dengan kondisi Kufah, di Syam, Muawiyah menikmati kesetiaan warga di negeri itu yang siap mengorbankan nyawa deminya. Muawiyah yang mendengar berita pengkhianatan warga Kufah terhadap pemimpin mereka, berusaha memanfaatkan kesempatan itu untuk mengguncang dan merongrong pemerintahan Ali bin Abi Thalib as. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penyerangan ke sejumlah wilayah kekuasaan khalifah yaitu Jazirah Arabia dan Irak. Dengan cara ini, Muawiyah berupaya menjatuhkan mental para pendukung Ali.

Usaha Imam Ali as untuk kembali menyusun kekuatan, mulai menampakkan hasil. Kelompok demi kelompok menyatakan kesediaan mereka untuk bergabung dengan pasukan beliau. Upaya menggalang kekuatan terus dilakukan oleh orang-orang dekat dengan Imam Ali as, termasuk kedua putra beliau Al-Hasan dan Al-Husein as. Dalam kondisi seperti itu, Allah ternyata berkehendak lain. Setelah berjuang sekian tahun menjaga amanah imamah yang diberikan oleh Rasulullah, dan setelah menyaksikan pengkhianatan demi pengkhianatan orang-orang di sekelilingnya, Imam Ali a.s. harus menghadap Sang Pencipta, Allah SWT.

Hari itu, tanggal 19 ramadhan tahun 40 hijriyah. Amirul Mukminin Ali as keluar dari rumahnya menuju masjid Kufah untuk memimpin shalat subuh berjamaah. Di tengah shalat, saat beliau mengangkat kepala dari sujudnya, sebilah pedang beracun terayun dan mendarat tepat di atas dahi putra Abu Thalib itu. Darah mengucur deras membahasi mihrab masjid. Jemaah masjid tersentak mendengar suara Ali, “Fuztu wa rabbil ka’bah. Demi pemilik Ka’bah, aku telah meraih kemenangan.”

Ali roboh di mihrabnya dengan luka yang parah, sementara warga dengan cepat menangkap sang pembunuh yang tak lain adalah Abdurrahman bin Muljam, seorang khawarij. Al-Hasan membawa ayahnya ke rumah. Berita itu segera menyebar di seluruh penjuru kota Kufah. Berbagai usaha dilakukan untuk menyelematkan jiwa Imam Ali as. Tetapi takdir Allah berkehendak lain. Ali bin Abi Thalib gugur syahid pada tanggal 21 Ramadhan atau dua hari setelah peristiwa pemukulan itu terjadi.

Sebelum meninggalkan dunia yang fana ini, Amirul Mukminin mewasiatkan beberapa hal kepada putra-putranya dan kepada umat. Di antara pesan beliau adalah menjalin hubungan sanak keluaga atau silaturrahim, memperhatikan anak yatim dan tetangga, mengamalkan ajaran Al-Qur’an, menegakkan shalat yang merupakan tiang agama, melaksanakan ibadah haji, puasa, jihad, zakat, memperhatikan keluarga Nabi dan hamba-hamba Allah, serta menjalankan amr maruf dan nahi munkar.

Menurut sejumlah riwayat, Imam Ali as menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika bibir beliau berulang-ulang mengucapkan “Lailahaillallah” dan membaca ayat, “Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah. Waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.” Artinya, “Siapapun yang melakukan kebaikan sebiji atompun, dia akan mendapatkan balasannyanya, dan siapa saja melakukan keburukan meski sekecil biji atom, kelak dia akan mendapatkan balasannya.”

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Imam Ali as sejak lama telah mengetahui kapan dan bagaimana beliau akan meneguk cawan syahadah. Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW menjelaskan kemuliaan bulan Ramadhan kepada para sahabatnya. Kepada Nabi, Ali bertanya, di bulan suci ini, amalan apakah yang terbaik? Rasul SAW menjawab, “Meninggalkan perbuatan dosa.” Mendadak mata Nabi berkaca-kaca. Ali menanyakan apa yang membuat beliau menangis? Rasul menjawab, bahwa Ali kelak akan dibunuh di bulan Ramadhan.

Kepergian Imam Ali as meninggalkan kedukaan yang mendalam di tengah umat Islam. Betapa tidak, Ali adalah orang yang mewarisi ilmu Nabi dan pemimpin besar umat ini. Akan tetapi, beliau ternyata harus meninggalkan ummat setelah mengalami berbagai macam pengkhianatan dan fitnah. Kondisi yang ada saat itu memaksa keluarga besar Rasulullah untuk memakamkannya di malam hari secara diam-diam di luar kota Kufah. Tempat itu di kemudian hari menjadi sebuah kota bernama Najaf.

Di sini kami memilih ucapan-ucapan suci yang pernah diucapkan oleh Imam Ali a.s. semasa hidupnya dengan harapan semoga ucapan-ucapan suci tersebut dapat menjadi penerang hati demi menuju kesempurnaan insani.

1. Menyembunyikan amal baik dan musibah


"Termasuk harta simpanan di surga, berbuat kebajikan, menyembunyikan amal baik, sabar atas segala musibah dan menyembunyikan musibah".

2. Tanda-tanda orang zahid


"Orang yang zahid adalah yang ketabahannya tidak dikalahkan oleh hal-hal yang haram dan hal-hal yang halal tidak melupakannya untuk bersyukur".

3. Tidak berlebihan dalam mencintai dan membenci


"Cintailah sahabatmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi penentangmu pada suatu hari, dan bencilah musuhmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi sahabatmu pada suatu hari".

4. Harga setiap insan


"Harga setiap orang bergantung kepada amalan baiknya".

5. Faqih yang sempurna


"Maukah kuberitahukan kepada kalian seorang faqih yang sesungguhnya? Ia adalah orang yang tidak mengizinkan orang lain bermaksiat kepada Allah, tidak memutusasakannya dari rahmat-Nya, tidak menjadikannya merasa aman dari makar-Nya, dan tidak meninggalkan Al Quran dan memilih yang lainnya karena benci terhadapnya. Tiada kebaikan bagi sebuah ibadah yang tidak disertai oleh pemahaman, tiada kebaikan bagi sebuah ilmu yang tidak disertai oleh tafakur, dan tiada kebaikan bagi pembacaan Al Quran yang tidak disertai oleh tadabur".

6. Bahaya terlalu berharap dan mengikuti hawa nafsu


"Aku sangat mengkhawatirkan dua hal terhadap kalian: pengharapan yang terlalu panjang dan mengikuti hawa nafsu. Karena pengharapan yang terlalu panjang akan menjadikan orang lupa akhirat dan mengikuti hawa nafsu akan mencegahnya dari kebenaran".

7. Batasan persahabatan


"Janganlah kau jadikan musuh sahabatmu sebagai sahabatmu, karena dengan itu engkau telah memusuhi sahabatmu sendiri".

8. Macam-macam kesabaran


"Kesabaran itu ada tiga macam: sabar atas musibah, sabar atas ketaatan (kepada Allah) dan sabar atas maksiat".

9. Kemiskinan yang telah ditakdirkan


"Barang siapa yang jatuh miskin dan ia tidak menganggap bahwa hal itu adalah suatu anugerah dari Allah, maka ia telah melenyapkan sebuah harapan, dan barang siapa menjadi kaya-raya dan ia tidak memikirkan bahwa hal itu adalah sebuah ujian dari-Nya, maka ia telah terjerumus ke dalam sebuah jurang yang menakutkan".

10. Kemuliaan, bukan kehinaan


"Kematian ya, kehinaan tidak! Keteguhan pendirian ya, ketololan tidak! Masa adalah dua hari: pada satu hari ia akan memihak kepadamu dan pada hari yang lain ia akan membawa bencana bagimu. Jika ia sedang memihak kepadamu, maka jangan terlalu berbahagia, dan jika ia membawa bencana bagimu, maka janganlah susah. Engkau akan diuji dengan keduanya".

11. Memohon kebaikan


"Tidak akan bingung orang yang beristikharah, dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah".

12. Mencintai negara


"Sebuah negeri akan makmur jika (penduduknya) mencintainya".

13. Tiga macam ilmu


"Ilmu itu ada tiga: fiqih untuk memahami agama, kedokteran untuk menjaga kesehatan badan dan Nahwu untuk menjaga mulut salah ucap".

14. Nilai seseorang


"Berbicaralah tentang ilmu niscaya harga dirimu akan tampak".

15. Jangan yakini!


"Jangankan meyakinkan kepada dirimu bahwa engkau miskin dan panjang umur".

16. Menghormati seorang mukmin


"Mencela seorang mukmin adalah sebuah kefasikan, memeranginya adalah sebuah kekufuran dan kehormatan hartanya seperti kehormatan darahnya".

17. Kefakiran


"Kefakiran adalah kematian yang paling besar, dan sedikitnya keluarga salah satu dari dua kemudahan. Ini adalah separuh kebahagiaan".

18. Dua hal yang membahayakan


"Dua hal yang dapat menghancurkan manusia: takut miskin dan berbangga diri".

19. Tiga orang dianggap zalim


"Pelaku kezaliman, orang yang membantunya dan orang yang diam dengan kezaliman tersebut adalah orang-orang zalim".

20. Sabar terbaik


"Kesabaran itu ada dua macam: sabar ketika ditimpa musibah. Ini adalah hal yang baik. Dan lebih baik dari itu adalah sabar menahan diri untuk tidak melanggar hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah atas dirimu".

21. Melaksanakan amanat


"Sampaikanlah amanat walaupun kepada pembunuh putra nabi".

22. Enggan tenar


Imam Ali a.s. berpesan kepada Kumail bin Ziyad: "Tenanglah, jangan berambisi untuk ingin dikenal, sembunyikanlah kepribadianmu jangan sampai disebut-sebut di depan orang lain. Belajarlah niscaya engkau akan mengetahui dan diamlah niscaya engkau akan selamat. Tidak buruk bagimu jika Allah telah memahamkan agama-Nya kepadamu meskipun engkau tidak mengenal orang lain dan ia juga tidak mengenalmu".

23. Siksa enam golongan


"Allah akan menguji enam golongan dengan enam jenis ujian: menguji bangsa Arab dengan fanatisme, menguji para pembesar desa dengan kesombongan, menguji para pemimpin dengan kelaliman, menguji fuqaha` dengan kedengkian, menguji para pedagang dengan khianat dan menguji para penduduk desa dengan kebodohan".

24. Rukun-rukun iman


"Iman memiliki empat rukun: tawakal kepada Allah, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, menerima segala perintah-Nya, dan rela terhadap semua ketentuan-Nya".

25. Pendidikan akhlak


"Hiasilah akhlak kalian dengan segala kebajikan, setirlah ia menuju keagungan (akhlak) dan biasakanlah diri kalian untuk bersabar".

26. Mempermudah urusan masyarakat dan menjauhi perbuatan hina


"Jangan terlalu mempersulit urusan orang lain dan junjunglah harga diri kalian dengan melupakan perbuatan hina".

27. Penjaga manusia


"Cukuplah bagi setiap orang sebagai benteng bahwa tidak ada seorang pun (di dunia ini) kecuali ia memiliki para penjaga yang telah diutus oleh Allah untuk menjaganya supaya ia tidak jatuh ke dalam sumur (baca : jurang), supaya tembok tidak jatuh di atas kepalanya dan ia tidak diserang oleh binatang buas. Dan jika ajalnya telah tiba, maka mereka akan meninggalkannya berdua dengan ajalnya itu".

28. Masa kelaliman


"Akan datang menimpa manusia suatu masa, orang-orang yang tidak memiliki keahlian akan dihormati, tidak ditemukan di dalamnya orang yang cerdas dan cerdik kecuali ia lalim, tidak dipercaya kecuali pengkhianat dan tidak dituduh berkhianat kecuali orang yang terpercaya. Mereka akan menggunakan harta negara untuk kepentingan pribadi mereka, zakat sebagai sumber penghasilan, silaturahmi sebagai sarana untuk mengungkit-ungkit kebajikan dan ibadah sebagai kebanggaan dan menzalimi orang lain. Dan hal ini terjadi ketika wanita menjadi penguasa, budak-budak wanita menjadi tempat rujukan dan musyawarah dan anak-anak kecil menjadi pemimpin".

29. Cerdik menghadapi fitnah


"Ketika fitnah berkecamuk, jadikanlah dirimu seperti ibnu labun (anak unta yang belum berumur dua tahun), karena ia masih belum memiliki punggung yang kuat untuk dapat ditunggangi dan tidak memiliki air susu untuk dapat diperah".

30. Manusia yang paling lemah


"Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak dapat menjalin tali persahabatan dengan orang lain, dan lebih lemah darinya adalah orang yang mudah melepaskan persaudaraan dengan sahabatnya".

31. Kaffarah dosa-dosa besar


"Di antara kaffarah dosa-dosa besar adalah menolong orang yang meminta pertolongan dan membahagiakan orang yang sedang ditimpa kesusahan".

32. Tanda kesempurnaan akal


"Jika akal (seseorang) telah sempurna, maka ia akan sedikit berbicara".

33. Berhubungan dengan Allah


"Barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Ia akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan akhiratnya, maka Ia akan memperbaiki urusan dunianya".

34. Merenungkan


"Renungkanlah berita yang kau dengar secara baik-baik (dan jangan hanya menjadi penukil berita), penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit".

35. Pahala orang yang meninggalkan dosa


"Pahala pejuang yang syahid di jalan Allah tidak lebih besar dari pahala orang yang mampu untuk berbuat maksiat lalu ia meninggalkannya. Tidak mustahil para peninggal dosa akan menjadi malaikat".

36. Akibat perbuatan dosa


"Ingatlah bahwa segala kenikmatan (dosa) akan sirna dan akibatnya akan kekal abadi".

37. Kriteria dunia


"(Dunia itu) adalah menipu, membahayakan dan sepintas".

38. Para pemegang agama di akhir zaman


"Akan datang kepada manusia suatu masa yang tidak tertinggal dari Al Quran kecuali tulisannya dan dari Islam kecuali namanya, pada masa itu masjid-masjid dimakmurkan bangunannya sedangkan ia sendiri kosong dari hidayah, orang-orang yang menghuni dan memakmurkannya adalah orang yang paling jahat di muka bumi. Fitnah bersumber dari mereka dan segala kesalahan kembali kepada mereka. Orang-orang yang tertinggal dari kafilah fitnah tersebut (taubat--pen) akan dipaksa untuk kembali dan orang-orang yang tertinggal di belakang (baca : tidak ikut serta dalam kafilah itu) akan didorong maju ke depan (supaya bergabung dengannya). Allah berfirman: "Demi Dzat-Ku, akan Kukirim untuk mereka sebuah fitnah (besar) yang akan menjadikan orang-orang sabar bingung (menentukan sikap)". Dan Ia telah melakukan hal itu. Kita memohon kepada-Nya untuk mengampuni kelupaan yang membuat kita tergelincir".

Subscribe via email